Kesalahan dalam Mendidik Anak

Setiap orangtua tentu ingin mendidik anaknya dengan cara terbaik dan benar. Namun sayangnya terkadang apa yang mereka lakukan justru malah sebaliknya, mendidik dengan cara salah dan berakibat buruk untuk anak. Kekeliruan seperti inilah yang terkadang terjadi tanpa disadari oleh banyak orangtua, yaitu mendidik anak dengan cara keras. Namun, mendidik anak dengan cara memanjakannya juga tidak baik untuk mental anak, yang dapat berakibat buruk pada masa depannya. Dalam mendidik anak kita boleh saja bersikap tegas, namun salah jika anda memakai cara keras / kekerasan, atau sebaliknya dengan cara memanjakannya. Agar Anda tidak keliru saat mendidik anak, Anda harus tahu mana cara yang benar dan cara yang salah. Berikut saya sharing disini 7 cara mendidik anak yang salah. Sebaiknya anda hindari dan jangan sampai terjadi pada anda/anak anda. 

1.      Terlalu royal memberi hadiah

Memberi hadiah yang mahal dan mewah kepada anak hanya akan membentuk karakter anak menjadi manja dan royal dikemudian hari. Memberi hadiah memang tidak salah, namun harus dibarengi dengan prestasi anak, misalnya prestasi di sekolah. Namun perlu diperhatikan, jangan terlalu sering mengumbar janji untuk memberikan hadiah kepada anak demi hal-hal kecil dan yang dilakukan sehari-hari. Hal tersebut malah akan membuat karakter anak selalu pamrih dalam setiap tindakan dan usaha yang dilakukannya. Anak menjadi tidak tulus dalam menjalankan perintah anda, namun karena menginginkan hadiah yang anda janjikan. Bahkan anak makin lama akan semakin pintar untuk menawar atau meminta hadiah yang ia inginkan.

2.      Terlalu menuntut

Terkadang ambisi orangtua kepada anak terlalu berlebihan. Memikirkan ujian nasional saja sudah menjadi beban tersendiri pada anak. Apalagi jika Anda menuntut si anak untuk mendapatkan nilai yang bagus. Cara seperti ini hanya akan membuat beban pikiran pada anak akan meningkat dan bisa saja si anak menjadi stres. Lebih baik Anda percayakan saja pada kemampuan si anak. Selama dia mau berusaha dengan belajar, Anda tidak perlu menuntutnya macam-macam, karena itu semua sudah cukup berat untuknya. Orangtua hanya berkewajiban untuk mengarahkan anak bukan mengaturnya. Yang perlu diingat, selalu mendukungnya pada jalur yang benar dan mengingatkan anak jika ia sudah mulai melenceng pada jalur yang benar.

3.      Terlalu dibebani

Jangan terlalu membebani anak dengan masalah atau hal yang belum tepat pada usianya. Misalnya, sepulang sekolah, anda tidak memberikan waktu untuknya untuk istirahat, namun harus melanjutkan dengan berbagai kegiatan kursus tambahan dari hari senin sampai sabtu. Anak juga butuh waktu untuk istirahat. Jadi biarkan anak Anda istirahat, mungkin bisa dengan cara bermain sejenak atau tidur siang. Yang perlu diperhatikan adalah, masa anak-anak tidak akan terulang kembali. Biarkan anak-anak anda tumbuh dengan gembira di usia anak-anak dengan bermain, belajar, dan jangan lupa istirahat di siang hari (tidur), ini kebiasaan yang harus dimiliki anak-anak. 

4.     Tidak ada waktu

Alasan Anda terlalu sibuk di kantor menjadi penyebab Anda tidak ada waktu untuk berkumpul bersama anak. Padahal masa anak-anak adalah masa yang paling membutuhkan orangtua untuk menjadi panutan mereka dan membentuk karakter pada tumbuh kembangnya. Cobalah untuk menyempatkan waktu berkumpul dan mengobrol bersama anak Anda mulai dari sekarang. Dengan begitu Anda akan tahu kegiatan apa yang dia lakukan di sekolah dan masalah apa yang sedang dia hadapi. Anda juga berkesempatan untuk memberinya nasehat dan mengarahkannya pada hal-hal positif.

5.     Membanding-bandingkan

Banyak orangtua yang membandingkan anak mereka dengan orang lain, saudaranya sendiri, atau temannya. Ketahuilah kondisi itu hanya akan membuat anak semakin merasa tidak layak. Anda perlu tahu bahwa kemampuan setiap anak itu berbeda, jadi berusahalah untuk memberinya motivasi dan dukungan terhadap potensi yang ada padanya. Berusaha memaklumi kelemahannya dan lebih mengasah kemampuan/kepandaian yang ia miliki, dan anda sebagai orangtua wajib mengarahkan pada hal-hal yang positif.

6.  Berperilaku yang tidak selayaknya di hadapan anak-anak

Anak cenderung untuk meniru perilaku orangtuanya. Seorang anak yang selalu dibentak, diomeli, atau dimarahi, akan tumbuh dengan keyakinan bahwa dia sah-sah saja berkomunikasi dengan menggunakan bentakan, omelan, atau kemarahan. Atau, orangtua memang suka berbicara dengan nada keras/tinggi. Biasanya anak-anaknya pun semakin besar meniru kebiasaan cara komunikasi orangtuanya yaitu berbicara dengan nada keras/tinggi.

7.  Kurang dapat / Tidak bisa menahan emosi di hadapan anak

Terkadang kita jika terlalu marah terhadap perilaku atau kenakalan anak-anak tidak dapat mengontrol emosi kita sebagai orangtua. Yang parahnya apabila sampai terjadi kekerasan, misalnya saking marahnya kita sampai memukul anak-anak. Nah, ini yang salah. Jangan sampai karena marahnya kita menghukum anak-anak dengan pukulan. Lebih baik anak-anak dihukum dengan dikunci/dikurung didalam kamar beberapa saat. Biarkan dia menangis sampai tenang. Lalu peluk dia saat ia sudah tenang. pada saat tenang inilah, saat yang paling tepat untuk menasihatinya. Dan memberitahukan apa kesalahannya.

Semoga kesalahan-kesalahan di atas dapat bermanfaat untuk orangtua-orangtua dalam mendidik anaknya. Saya pun terus belajar menjadi orang tua yang lebih baik. Sama halnya dengan anak yang belajar dari orangtua. Apabila anda ignin share pengalaman anda sebagai orangtua, boleh share disini 🙂

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.