Menelusuri sejarah kecambah pada 5.000 tahun yang lalu, menurut publikasi International Sprout Farm Association (Aasosiasi petani kecambah di seluruh dunia), pada jaman dahulu kecambah sudah diresepkan oleh para tabib di Cina, baik sebagai makanan kesehatan atau obat.
Dikisahkan dari pelaut James Cook, dalam penjelajahannya dari Eropa ke Selandia Baru selama tiga tahun, membawa bekal makanan antiscorbutic, sehingga para kru tidak terkena penyakit infeksi dan radang gusi. Selain lemon, yang kemudian diyakini sebagai sumber terpercaya vitamin C, James Cook membawa biji-bijian dan kacang-kacangan. Setelah menjadi kecambah, itulah sayur-satunya yang mereka makan segar selama berlayar.
Kecambah disebut-sebut sebagai sayuran paling praktis. Waktu panen hanya 3-5 hari setelah di tanam dalam media yang sederhana. Kecambah dapat tumbuh sepanjang tahun dalam segala cuaca, bahkan dalam musim dingin sekalipun. Tidak memerlukan lahan tanam, bahkan tidak perlu sinar matahari. Kandungan vitamin C sangat berlimpah. Siap dimasak tanpa perlu dipotong dan tidak meninggalkan sampah.
Itu sebabnya, menurut Dr Clive M McKay, professor gizi dari Cornell University, taoge merupakan sayuran hanya yang paling banyak ditanam dan dimakan sepanjang Perang Dunia II.
Penelitian tentang taoge kedelai, McKay dengan melibatkan lima universitas di Amerika, yaitu Cornell, Pennsylvania, Minnesota, Yale dan McGill University, pengecambahan mampu menahan jumlah vitamin B-kompleks dalam kedelai, sehingga tidak menurun. Hebatnya, kecambah proses membuat jumlah meningkat sebanyak 300 persen vitamin A dan vitamin C untuk 500-600 persen.
Mereka juga menemukan bahwa kecambah telah mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana, yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Protein dalam kecambah bunga matahari dan kacang radis adalah rata-rata 4 persen, sementara di selada hanya 3 persen, dalam susu sapi segar hanya 3,2 persen. Sedangkan kadar protein yang terdapat dalam kecambah kedelai dapat mencapai 28 persen.
source: colekcolek.com