Masalah di Usia Sekolah

Meski kemampuan berpikir anak semakin berkembang. Selain perilakunya mulai terkontrol seiring dengan kesadaran anak akan nilai-nilai di lingkungannya, tapi bukan berarti di usia ini anak bebas masalah. Sebab di masa ini, bukan tidak mungkin akan muncul berbagai perilaku yang perlu mendapat perhatian orangtua, karena sangat mungkin akan berlanjut hingga di usia berikutnya apabila orangtua tidak melakukan antisipasi dengan melakukan pola asuh yang tepat.

Semua dapat diselesaikan dengan melakukan komunikasi efektif sebagai awalnya. Apa saja masalahnya?

* Tidak sabaran

Boleh jadi ini terjadi karena anak memerlukan objek-objek konkret untuk dapat memahami ide-ide abstrak, sehingga bila ini tidal dilakukan akan muncul ketidaksabaran. Apa yang bisa kita lakukan? Tunjukkan langsung (hal konkret). Ajari anak bahwa segala sesuatu ada prosesnya. Proses sendiri membutuhkan waktu. Semisal ikutsertakan anak dalam proses membuat kue. Biarkan anak melihat dan menjalani secara langsung proses tersebut.

 * Mood mudah berubah dan sensitive

Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh kepribadian atau temperamen anak. Adak an anak-anak yang terlahir dengan pribadi lebih sensi dibanding anak lainnya.

Untuk anak dengan mood berubah-ubah dan sensitive ini, arahkan agar dapat mengungkapkan emosinya dengan cara yang tepat atau sesuai norma dan nilai social. Ajarkan bagaimana ia dapat mengenali dengan tepat perasaan atau emosinya, selain belajar untuk mengungkapkannya dengan baik. Lakukan hal ini dalam suasana menyenangkan seperti sebuah diskusi dengan anak. Minta anak mengemukakan apa yang dirasakan, bahas bersama, dan berikan pengertian engenai hal itu.

* Mudah terpengaruh tekanan teman

Di usia ini, fungsi teman tidak hanya sebagai mitra bermain, tapi secara psikologi teman juga diperlukan untuk mengembangkan daya pikir/kognisi, mengembangkan cara berekspresi , membangun harga diri (self esteem) dan memperkuat kesadaran gender. Dalam kehidupan sehari-hari, bangun suasana kondusif agar anak lebih berani mengungkapkan pendapat, selain mampu bersikap asertif (dapat mengungkapkan hak dan keinginannya tanpa mengganggu hak dan kepentingan orang lain). Ajarkan juga sikap menolak atau berkata tidak pada hal-hal yang dianggap melanggar nilai keluarga dan social.

 * Perilakunya tampak kasar

Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal. Menurut Audre Ricker (pakar pendidikan) dan Carolyn Crowder (pakar psykolog anak), sikap kasar seorang anak muncul karena ia ingin dianggap berarti, contoh dari teman-teman atau orangtua dan pengaruh media massa (games, televisi, film, internet dan lainnya). Orangtua tentunya perlu mengamati terlebih dahulu penyebab atau pada situasi apa perilaku tersebut muncul. Bila karena media massa, ya seleksi dan batasi setiap tayangan yang ditonton anak, begitu seterusnya. Perlu diingat, pada usia ini anak memang dalam masa belajar untuk meregulasi diri dan emosi. Oleh karenanya, peran orangtua penting untuk terus mendampingi dan mengajarkan hal yang baik kepada anak

* Egois

Sebenarnya fase egosentris anak dimulai di usia 2 sampai 7 tahun. Megingat begitu, mungkin saja sifat ini tetap muncul di usia lebih dari range tersebut, yang diakibatkan oleh pengasuhan yang kurang tepat, misalnya kelewat memanjakan anak , sehingga sifat yang seharusnya di usia lebih dari range hilang, malah tetap ada, bahkan semakin menjadi. Karena itu, orangtua tetap perlu mengajarkan pentingnya berbagi seperti di usia sebelumnya, entah makanan atau mainan. Karena hal itu, bisa mengembangkan sifat yang lebih positif. Hindari membela anak terlalu berlebihan. Jika dia bersalah, katakana salah, demikia juga jika ia benar.

Sumber : Parents Magazine 

editing by Nad

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.