Apakah sindrom baby blues (Baby Blues Syndrome) itu?
Pada umumnya, kelahiran seorang anak merupakan hal yang membahagiakan untuk orang tua. Namun, pada beberapa kondisi, kelahiran seorang anak dapat menjadi masalah, terutama bagi para ibu. Telah dilaporkan beberapa gangguan yang dapat dialami ibu, termasuk gangguan mental. Setelah melahirkan, seorang ibu dapat mengalami depresi (postnatal depression). Postnatal depression ini yang seringkali disebut sebagai baby blues syndrome, meskipun terkadang para ahli memisahkan kedua gangguan tersebut. Seringkali, sindrom baby blues ini dialami oleh para ibu yang merasa belum siap untuk mempunyai anak.
Baby blues syndrome adalah suatu gangguan adaptasi yang dialami seorang ibu dalam pembentukan hubungan ibu dan anak, setelah kelahiran anaknya. Biasanya, sindrom ini mulai muncul pada hari ke-3 sampai hsri ke 6 pertama setelah melahirkan dan dapat berlangsung hingga minggu ke-6.
penyebab dari sindrom ini belum jelas. Namun, hal ini diduga disebabkan oleh adanya perubahan hormonal, kimia, dan emosional pada ibu. Penurunan hormone estrogen dan progesterone secara drastis yang terjadi setelah melahirkan akan berinteraksi dengan zat kimia dalam otak, yaitu serotonin yang mempengaruhi mood ibu. Secara emosi, ibu mempunyai rasa khawatir dan kecemasan dalam merawat anak yang terkadang berlebihan, sehingga menimbulkan disfungsi dan muncul sebagai baby blues syndrome.
Ibu dengan sindrom baby blues biasanya memiliki tanda-tanda: mood yang menurun, merasa lelah fisik dan mental, merasa tidak berdaya merawat bayi yang baru saja dilahirkannya, merasa khawatir, sering menangis sendiri ketika melihat anaknya, tidur dengan menangis, mudah tersinggung, dan dapat juga mengalami gangguan tidur (insomnia tau bahkan mengigau/mimpi buruk). Jika mengalami tanda-tanda tersebut, ibu disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasinya agar tidak berkelanjutan.
Selain itu, dari hasil sebuah penelitian yang membandingkan perilaku ibu dengan sindrom baby blues dan ibu yang tidak mengalami hal tersebut. Ternyata, ibu yang mengalami baby blues cenderung memperlihatkan perilaku yang berlebihan dalam hal kebersihan anak. Selain itu, para ibu tersebut juga lebih jarang memberikan sentuhan, maupun respon terhadap perilaku anak.
Pada penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa ibu dengan sindrom baby blues memperlihatkan perilaku yang tidak positif saat pemberian makan. Hal ini tentunya akan memberikan dampak bagi anak dalam pembentukan hubungan antara ibu dan anak. Pada penelitian tersebut juga dilaporkan bahwa anak dengan ibu yang mengalami sindrom baby blues lebih memiliki masalah dalam makan dibandingkan dengan anak dengan ibu yang tidak mengalami gangguan baby blues.
Sindrom baby blues ini dapat dialami oleh Ibu yang melahirkan baik secara partus normal maupun secara cesar. Hanya saja Ibu dengan operasi cesar peluangnya lebih besar untuk terkena sindrom baby blues, karena kondisi pemulihan pasca partus cesar yang lebih lama sehingga menimbulkan Ibu merasa tidak berdaya untuk langsung merawat bayi yang baru dilahirkannya.
Nah, agar Anda / pasangan Anda tidak mengalaminya, Sindrom baby blues ini dapat dicegah dengan mempersiapkan mental para calon Ibu dan Ayah (orangtua bayi) sebelum memutuskan untuk hamil dan juga pada akhir kehamilan, sebelum melahirkan. Dengan mempersiapkan mental, diharapkan kecemasan dan kekhawatiran pasca melahirkan dapat diatasi. Peran suami dan keluarga, juga sangat menentukan. Dukunglah isteri Anda baik sebelum dan sesudah proses melahirkan. Sehingga dia merasa tenang, nyaman, bersemangat karena didukung sepenuhnya oleh Anda. Karena saat pertama menjadi Ibu, Ayah, orangtua baru adalah saat perubahan terbesar dalam diri Anda. Merawat bayi yang sebelumnya belum pernah Anda alami, dengan segala kerepotan dan perubahan ritme dalam kehidupan Anda.
Semoga bermanfaat
source: parenting web