Membongkar PIN orang lain bukanlah pekerjaan yang gampang. Malah sudah muncul kesan, itu mustahil dilakukan. Berapa percobaan yang harus dilakukan. Jangan-jangan ketika usaha pembongkaran berlangsung, pemiliknya sudah ganti PIN.
Pernyataan di atas dikatakan benar bila dengan asumsi, si pelakunya mengandalkan rumus perhitungan “kombinasi” untuk kemudian mencobanya satu per satu. Misalnya untuk PIN enam digit, mencakup nomor nol sampai dengan enam, yang berarti ada seratus ribu kemungkinan.
Siapa pun akan merasa konyol untuk melakukannya. Di samping belum tentu juga akan berhasil, entah berapa besar kerugian waktu, tenaga, dan biaya yang harus dihabiskan.
Tetapi ingat. Manusia mempunyai kemampuan untuk mencari alternatif yang berunjung pada operasional yang bersifat instant. Antara lain berdasarkan statistika, psikologi, dan sosial. Jadi peluang terbongkarnya PIN dalam waktu cepat mungkin saja.
Sejak itu, terpikir oleh saya, bagaimana kalau ada suatu pihak ingin mencoba membongkar PIN berdasarkan pendekatan survei. Misalnya, ia terlebih dulu melakukan survei terhadap seribu orang yang berusia tiga puluh tahun ke atas.
Alasan utama yang dikemukakan dalam formulir dalam rangka mencari data untuk mempermudah penelitian, termasuk tanggal, bulan, dan tahun kelahiran.
Setelah disortir, taruhlah ia memperoleh data yang 75 persen menyebutkan waktu kelahiran, yang kemudian dikonversikan dengan format DD-MM-YY. Misalnya, 8 Januari 1981, menjadi 080181.
Akhirnya ia melakukan operasinya dengan memasukkan hasil konversi itu.
Seharusnya kan ia tidak berhasil membongkar PIN satu pun. Tetapi apakah ini bisa dijamin? Dengan kata lain, apakah ada jaminan bahwa tidak ada satu responden pun menjadikan tangan, bulan, dan tahun kelahirannya dengan format DD-MM-YY sebagai PIN?
Namanya juga manusia di mana latar belakang membuat PIN sangat beragam. Mungkin dengan maksud supaya gampang diingat, maka dipakailah waktu kelahirannya. Bisa juga untuk memberikan identitas dirinya pada PIN.
Hanya saya tidak tahu, apakah sudah ada pihak melakukan modus seperti di atas? Tetapi berdasarkan pengamatan terhadap tingkat kecerdasan masyarakat ya bisa saja itu dilakukan. Apalagi “Sistem Manajemen Informasi” sudah sangat canggih serta tidak tertutup untuk disalahgunakan. Belum lagi dengan banyaknya disain operasional informasi yang bisa dipakai untuk menyadap kerahasiaan yang salah satunya dalam bentuk PIN.
Salah satu cara paling aman dalam pembuatan PIN dengan sistim undian. Jadi semua angka 0, 1, 2, …, 9 dikocok terlebih dulu. Kemudian diambil sebuah, dituliskan, serta dikembalikan lagi pada kocokan. Demikian seterusnya sampai menghasilkan PIN yang terdiri enam digit.
Selanjutnya hapalkan dulu sampai benar-benar susah untuk melupakannya sebelum resmi dijadikan PIN.
Yakinlah, PIN melalui proses undian ini tidak bisa dibongkar dengan cara apa pun.
Tetapi untuk saat ini nggak usah terlalu dikhawatirkan. Peluang untuk berhasilnya pun masih kecil. Yang penting mempunyai kebiasaan untuk mengganti PIN secara periodik, sebagaimana yang dianjurkan pihak penyelenggara.
Tetapi bagaimanapun, sejalan perkembangan keterampilan, kecerdasan, atau kreativitas, kehadiran PIN jangan berjalan di tempat. Artinya, perlu adanya improvisasi untuk mengantisipasi kemungkinan pembongkaran PIN. Terlebih yang bisa merugikan pemiliknya. (Nasrullah Idris/Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi)