Susu adalah Pelengkap, Bukan Sumber Gizi Utama

susu adalah pelengkap, bukan sumber gizi utama
susu adalah pelengkap, bukan sumber gizi utama
susu adalah pelengkap, bukan sumber gizi utama
Semakin banyaknya pilihan susu pertumbuhan di pasaran memudahkan para orangtua dalam mencukupi gizi buah hati. Meski begitu orangtua jangan lantas “bergantung” pada susu pertumbuhan untuk urusan gizi anak. Guru besar kesehatan anak dari Universitas Gadjah Mada Mohammad Juffrie mengatakan, susu pertumbuhan seharusnya diposisikan sebagai pelengkap, bukan sebagai sumber gizi utama bagi anak. Karena itu, menggantikan makanan utama dengan susu pertumbuhan adalah tindakan yang kurang tepat.”Susu pertumbuhan bukan pengganti makanan, tetapi hanya pelengkap. Anak harus tetap makan makanan yang bergizi untuk mencukupi kebutuhan gizinya,” penjelasan Juffrie.

Juffrie mengatakan, setelah melewati masa ASI eksklusif, anak kemudian diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI) hingga usia satu tahun. Setelah itu, anak sudah bisa makan makanan yang dimakan keluarganya.

Menurutnya, pemberian makanan yang bervariasi dan bergizi sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Hanya saja, kata dia, lebih baik lagi jika diberi susu sebagai pelengkap.

Karena itu, Juffrie menyarankan untuk memberikan susu di sela-sela diet anak, seperti di pagi hari dan di sore hari. Pemberian susu, imbuh dia, juga sebaiknya tidak dilakukan mendekati waktu makan supaya anak tidak kenyang duluan, dan tetap mau makan makanan utamanya.

“Kalau diberikan dekat waktu makan, anak akhirnya sudah kenyang susu dan tidak mau makan,” kata dia.
Juffrie mengatakan, susu pertumbuhan diformulasikan untuk melengkapi kebutuhan gizi anak, bukannya untuk membuat anak kelebihan gizi. Sebaliknya, susu pertumbuhan justru bisa membantu mengontrol nafsu makan anak sehingga menghindari anak dari risiko obesitas.

“Susu dapat mengenyangkan, sehingga mencegah anak untuk ngemil makanan yang berkalori tinggi dan tidak bergizi. Padahal camilan itulah yang membuat kegemukan,” jelas dia.

Lebih lanjut Juffrie menyarankan untuk memilih susu pertumbuhan yang tidak mengandung gula tinggi dan mudah dicerna. Tujuannya, untuk menjaga kalori yang diasup dan membuat rasa kenyang lebih lama.

Senada dengan Juffrie, Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat dari Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (FEMA-IPB) Handinsyah mengatakan, konsumsi susu tidak akan meningkatkan risiko kegemukan.

“Konsumsi sesuai anjuran tidak akan membuat gemuk. Kecuali, kalau diminum berlebihan dan kurang konsumsi sayur dan buah,” jelas dia.

Jadi, susu pertumbuhan adalah bersifat pelengkap saja, bukan sumber gizi utama. Orangtua tidak lantas menggantungkan pada susu pertumbuhan, agar anak-anak mereka kenyang dan terpenuhi gizinya. Yang seharusnya adalah, orangtua tetap memperhatikan asupan gizi yang seimbang untuk putra putri mereka yang sedang dalam masa pertumbuhan, sehingga kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak optimal.

source: kompas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.