Tersebarnya video seorang anak SMP di Sydney, Australia, yang menjadi korban bully (kekerasan) di sekolahnya dan berakhir dengan membanting si pelaku bully, membuat kita membuka mata bahwa hal tersebut kemungkinan akan terjadi pada anak-anak kita kelak.
Bully, atau seseorang yang melakukan kekerasan baik secara fisik maupun verbal yang menyerang mental orang lain, memang sangat mengganggu. Anak-anak yang menjadi bully di sekolah biasanya didasari dengan perasaan berkuasa dan banyak disegani oleh anak-anak lainnya. Seorang bully bisa jadi seseorang yang secara akademis tidak begitu pintar namun jago dalam pelajaran olah raga. Namun alasan ini tidak cukup kuat karena alasan mendasar seorang anak menjadi bully harus dilihat pula dari kondisi keluarganya di rumah, latar belakang Ayah dan Ibunya serta bagaimana mereka diperlakukan di rumahnya.
Memukul, menendang, memanggil seseorang dengan nama binatang atau sebutan hina lainnya, serta melontarkan kata-kata kasar kepada orang lain merupakan ciri-ciri seorang bully. Mereka berkomplot dan ada satu yang menjadi ketuanya. Saat ia meluncurkan aksinya, sebagian anggota komplotannya mendukung aksinya sementara anggota komplotan lainnya menetralkan situasi agar tidak ada guru atau orang lain yang berada di sekitar mereka. Selepas mem-bully orang lain, sang bully tertawa dan merasa puas akan hal itu, dan ini mendatangkan kepuasan tersendiri untuk dirinya. Seseorang yang menjadi bully akan kelihatan cemas dan tidak tenang hidupnya, ini karena di rumah mereka diperlakukan seperti mereka memperlakukan orang lain di sekolah. Seorang bully bisa jadi dihajar oleh Ayahnya di rumah, dimaki-maki oleh Ibunya karena nilai akademisnya cenderung rendah dan banyak pemicu lainnya. Oleh sebab itu, mereka berlaku demikian kepada orang lain di sekolahnya karena mereka tak kuasa membalas orangtuanya. Anak yang berasal dari keluarga broken home dan kurang perhatian dari orangtuanya juga dapat menjadi bully.
Ada ratusan kasus bully di dunia, salah satu yang paling mencengangkan adalah kisah Amanda Todd, gadis berusia 16 tahun asal Kanada yang memilih untuk mengakhiri hidupnya karena ia lelah menjadi korban bully. Foto dirinya yang menunjukkan bagian dadanya disebarluaskan oleh seseorang di sekolahnya dan sejak saat itu hidupnya selalu dihantui ejekan serta hinaan dari teman-temannya.
Tidak hanya ejekan dan hinaan, namun serangan berbentuk fisik juga diterima Amanda hingga ia merasa sendiri di dunia ini dan tidak ada yang menyukainya. Inilah yang mendorong Amanda menghabisi nyawanya sendiri dengan menggantung diri di kamarnya. Contoh kisah bully di atas kiranya dapat menjadi wake up call bagi para orangtua yang memiliki anak usia sekolah, agar dapat memberikan perhatian lebih terhadap anak-anaknya. Para korban bully biasanya memendam sendiri kepedihannya tanpa menceritakannya kepada orangtuanya. Untuk mengantisipasi, perhatian kita terhadap anak kita adalah hal yang paling penting agar dalam diri anak kita tertanam kasih sayang sehingga menjadikan mereka anak-anak yang mandiri dan cerdas dalam bersosialisasi.
by Vanessa Alexandra