Bermula di Hobi, berakhir di Istana

Di era globasasi kini, semua orang dapat memegang kamera dan memotret apapun yang ada di sekelilingnya. Tak perlu menggunakan kamera yang canggih dan berkualitas bagus tetapi banyak orang memotret menggunakan alat komunikasi. Objek menarik untuk di foto biasanya dapat berupa makanan, fashion dan juga tempat-tempat unik yang dijumpai.

Semakin banyak fotografer muda yang populer dengan hasil karya mereka. Salah satunya adalah Fotografer Presiden termuda yang sukses saat ini Muhamad Nursajali Angkotasan, lulusan dari mahasiswa STIKOM The London School of Public Relations Batch 13. Lahir pada tanggal 25 Juli 1991 tepatnya di ibukota Jakarta, Nursajali mempunyai hobi unik yaitu memotret.

Dalam wawancara belum lama ini dengannya, Nursajali memberikan insight menarik dari sebuah pengalaman dan juga begitu berharga seputar profesinya sebagai fotografer. Terlepas dari seberapa berhasil dirinya saat ini, yang menjadi hal terpenting baginya adalah untuk menghabiskan waktu memotret hal-hal yang menarik dipotret, baik atau buruk sebuah hasil yang  didapat, baginya hal paling terpenting dalam memotret itu berawal dari hasil yang kurang baik tetapi bisa dibuat menjadi sebuah foto yang luar biasa, asalkan terus berlatih memotret kapanpun dan dimana pun itu. Ia pun berkata ”Demi masa depan yang cerah, kerja berdasarkan hobi itu sangat-sangat lah WAH”. Hobi memotret Nursajali bermula ketika masih duduk dibangku SMA, pada saat itu ia hanya bisa meminjam kamera temannya dan belum mampu untuk membeli kamera sendiri karena keterbatasan biaya. Akhirnya ia pun semakin serius terjun dalam hobi memotretnya itu.

Setelah cukup lama mendalami keseriusannya dalam memotret, ia kemudian menemukan kamera milik ayahnya sendiri. Walaupun kamera yang ditemukan adalah kamera jaman dahulu, yaitu kamera sekitar tahun 70-an tetapi dari situlah ia mulai merawat, membersihkan dan memperbaiki kamera milik ayahnya yang ternyata masih layak untuk dipakai. Dari situlah, ia belajar bagaimana cara memotret menggunakan kamera yang harus mempelajari titik fokus, ISO, Shuter Speed, Diafragma, Eksposure dan lain sebagainya. Selang sekitar 5 bulan menekuni
hobinya tersebut menggunakan kamera jadul tersebut, ayahnya pun berinisiatif untuk membelikan kamera D-SLR. 3 pilihan kamera ditawarkan untuknya antara lain Canon 1000D untuk amatir, 50D untuk semi pro dan 7D untuk profesional. Dikarenakan keterbatasan keuangan akhirnya ia hanya memilih untuk membeli Canon 50D meski terlintas olehnya untuk membeli seri 7D karena ia berpikir kamera ini dapat digunakan sebagai investasi jangka panjang. Selagi masih berada di toko kamera tersebut ayahnya memberi pesan ”Bagaimana supaya kamera ini untuk bisa balik modal”. Sebenarnya pesan ini bukan karena untuk menakutinya agar untuk bisa mengganti uang dari hasil membeli kamera tersebut tetapi hanyalah sebagai nasehat agar anaknya bisa berusaha meraih apa yang diinginkannya kelak. Nasehat dari ayahnya memacu dirinya untuk terus menerus belajar dan mendalami cara menggunakan kamera yang sudah diberikan. Ketekunan dalam hobi memotret pun membuahkan hasil, dirinya ditawarkan oleh temannya sendiri untuk menjadi dokumentasi di acara ulang tahun anak temannya. Keesokan hari setelah selesai mengedit foto tersebut dan diberikan kepada temannya, ia mendapat sebuah hasil berupa amplop berisi uang tunai Rp. 500.000. Dirinya merasa senang, bangga serta puas hati karena ia sudah dapat mendapat hasil pada masa awal menjalankan hobinya itu. Tak lama kemudian ia pulang kerumah dan berkata kepada ayahnya, ”Yah, ini loh yah yang waktu ayah bilang bagaimana biar bisa balik modal dan disini saya dikasih amplop walaupun hanya seberapa tetapi ini adalah hasil jerih payahku sendiri diawal penghasilan dari awal memotret”. Merasa bangga dengan hasil karya anaknya, ayahnya terus memeberikan dukungan serta semangat untuk terus berkarya.

Seusai tamat dari SMA, Nursajali melanjutkan studinya ke Universitas cukup populer di kalangan remaja pada saat itu yaitu STIKOM The London School of Public Relations Jakarta. Setelah beberapa minggu ia berkuliah, ia memutuskan untuk mengikuti Club Fotografi. Di club ini, ia dipilih dan dipercaya untuk menjadi ketua club fotografi di LSPR. Ia menjabat sebagai ketua fotografi sekitar 2 periode. Dan seringkali ia disuruh menjadi mentor dalam club tersebut. Selama ia menjabat sebagai ketua, ia sering kali mengajarkan kepada member club fotografi bagaimana cara mendapatkan pekerjaan diluar daerah kampus yang pastinya dapat membantu mendalami, melatih serta mengaplikasikan ilmu fotografi. Tak lama kemudian, ia mendapat pekerjaan di salah satu acara besar di Disneyland Taman Mini Indonesia dengan tanggung jawab untuk memimpin acara tersebut. Pihak Taman Mini meminta 30 orang untuk membantu dalam proses dokumentasi sebagai fotografer pada acara tersebut. Dirinya memutuskan untuk mengajak seluruh member club fotografi LSPR ikut serta dalam acara tersebut. Dari situ lah masing-masing member club akhirnya mulai mendapat Client dari berbagai perusahaan yang datang di acara tersebut seperti Pertamina, acara pre wedding, wedding, dokumentasi acara perusahaan dan lain sebagainya. Lewat pekerjaan tersebut, mereka mendapatkan banyak pengalaman disana walaupun bisa dibilang hasil yang didapat tiap orang tidak terlalu banyak dan tidak sesuai dengan harapan mereka. Namun hati mereka puas serta bangga bisa bekerja sama dan bertanggung jawab menyelesaikan acara besar seperti itu.

Seiring berjalannya waktu, ia terus menenuki dan belajar mendalami ilmu fotografi. Nursajali bertemu dengan temannya semasa SMA dan mereka melakukan hunting bareng serta saling berbagi pengalaman yang sudah didapatkan mengenai fotografi. Tak lama kemudian mereka berpisah, temannya pergi ke kota lain dan begitupun juga dirinya. Kemudian, ia memulai karirnya dengan menjadi freelance fotografer pre wedding. Ia bertemu kembali dengan teman semasa SMAnya itu secara tidak sengaja ketika dirinya sedang berada di tempat pengeditan video pre wedding sekitar pukul 11 malam tepatnya di daerah Tugu Tani. Dari sanalah awal kesuksesan yang diraih oleh Nursajali seorang fotografer muda. Temannya tertarik melihat hasil edit foto dan video yang sedang dikerjakannya pada malam itu sewaktu mereka berbincang – bincang. Nursajali kaget mendengar bahwa temannya saat ini telah bekerja menjadi seorang fotografer Presiden. Ia sangat bangga bahwa temannya bekerja di Istana Presiden. Temannya terus menerus memikirkan untuk mengajak Nursajali agar bekerja bersama di Istana Presiden menjadi seorang fotografer karena pada saat itu memang sedang dibutuhkan tenaga kerja menjadi fotografer, lalu temannya pun memberitahukan lewat chat personal line untuk mengajaknya bekerja di Istana. Tanpa berpikir lama, dan bermodalkan tekad yang berani, keesokan harinya ia mendatangi Istana tersebut dengan membawa seluruh CV dan portofolio untuk diberikan ke bagian pengelola. Ditengah menunggu kabar pemberitahuan sekitar 2 – 3 bulan sebagai fotografer Presiden, ia pernah bermimpi salah mengibarkan bendera merah putih sebanyak  4 kali, dan mendapat omelan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ternyata mimpi tersebut bertanda baik untuk dirinya. Hari berikutnya ia pun mendapatkan surat panggilan kerja dan akan diinterview. Ketika sedang diinterview, ia mendapatkan pertanyaan seputar pengetahuan fotografi dan pengalaman yang sudah pernah didapatkan selama menjadi seorang fotografer. Akhirnya Nursajali diterima menjadi Fotografer Presiden. Ia sangat bangga dan senang karena selama ini ia tidak sia-sia belajar dan akhirnya mendapatkan hasil yang seimbang dengan jerih lelahnya. Itulah awal mula bagaimana ia bekerja menjadi seorang Fotografer Presiden. Penghasilan perbulan yang didapatkannya sekitar Rp.10 juta. Gaji tersebut tentunya belum termasuk upah dari dinas dan upah hasil foto – foto lainnya yang ia hasilkan. Kamera yang digunakan dalam proses pemotretan disediakan oleh pihak Istana Presiden. Nursajali bekerja sebagai fotografer Presiden selama 1 tahun 4 bulan. Selama bekerja, salah satu pengalaman Nursajali adalah menjadi fotografer Bapak Agus, anak dari (Mantan) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama beberapa bulan, selebihnya ia menjadi fotografer Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kala itu. Ia memberi pesan ”Bahwa kita tidak boleh pelit untuk berbagi ilmu kepada orang lain karena ilmu itu bisa berguna dan sebaliknya orang lain pun tidak akan pelit ilmu kepada kita”. Sampai saat ini hasil dari jerih payahnya pun terbukti, dari nasehat ayahnya yang menyemangati ia menjadi seorang anak muda yang sukses. Penghasilan yang didapat ia gunakan untuk membeli mobil pribadi dan sepeda motor, ia juga membantu keuangan dalam keluarganya. Selama ia masih menjabat sebagai fotografer Presiden, ia pernah mengikuti lomba dan menjadi juara dalam acara Limoo Workshop Photography. Beberapa hasil fotonya dimasukkan ke dalam pameran foto serta peluncuran buku Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, masih banyak lomba lainnya serta hasil karyanya yang ia dapat selama ia membangun karirnya di dunia fotografi.

Begitu banyak fotografer-fotografer hebat dan populer yang bisa meraih mimpi dan tujuannya. Kita tentunya juga bisa berusaha dan belajar dari pengalaman-pengalaman yang kita dapatkan, berawal dari hobi yang tentunya tidak ada salahnya apabila kita mencoba menekuni dan mengembangkannya. Pasti usaha kita akan membuahkan hasil yang diharapkan asal kita gigih dan pantang menyerah.

Keterangan photo :

1. Muhamad Nursajali Angkotasan

muhamad nursajali angkotasan

 

2. (Mantan) Presiden SBY beserta Ibu meluangkan waktu kesibukan bersama cucu kesayangan

mantan Presiden SBY dan Ibu Ani bersama cucu

 

3. Foto dimana keluarga kecil yang sagat bahagia dari Bapak Agus Yudhoyono yang adalah anak dari (mantan) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta istri dan anaknya.

agus yudoyono dan kel

4. (Mantan) Presiden RI (Dr. Susilo Bambang Yudhoyono) beserta Ibu Negara mendoakan korban Gunung Kelud agar cepat sembuh dan situasi kembali pulih.

mantan presiden sby saat bekunjung di korban gn kelud

 

5. Presiden meresmikan pembukaan 2nd Conference on Cooperation Among East Asian Countries Palestina Development di Kemenlu

doc. presiden sby membuka cara kemenlu

 

Artikel oleh Kezia Revi Moningkey

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.