Anak-anak dan remaja rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Jika tidak mendapatkan pendidikan seks yang sepatutnya. Maka dari itu Informasi tentang seks sebaiknya didapatkan langsung dari orang tua yang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak mereka.
Semakin bertambahnya angka korban kekerasan seksual pada anak yang cukup memprihatinkan perlu ditanggulangi dengan memberikan penyuluhan dan pendidikan mengenai seks pada anak sejak dini, karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi salah.
Berikut ini ada beberapa tahapan umur dan cara memberikan pendidikan seks sesuai dengan tingkat usia anak:
1. Balita Usia (1-5 tahun)
Dimulai dari memperkenalkan kepada si kecil organ-organ seks miliknya secara singkat. Tidak perlu memberi penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya pendek. Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan, dan terangkan juga jika ada yang menyentuhnya tanpa diketahui orang tua, maka si anak harus berteriak keras-keras dan melapor kepada orang tuanya.
2. Usia (5-10 tahun)
Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks. Misalnya anak akan bertanya dari mana ia berasal. Atau pertanyaan yang umum seperti bagaimana asal-usul bayi. Jawaban-jawaban yang sederhana dan terus terang biasanya efektif.
3. Usia Menjelang Remaja
Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan mengenai haid, mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja.
4. Usia Remaja
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Anda perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai kerugian seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosi. Menurut penelitian dengan adanya pendidikan seks sejak dini dapat menghindari menghindari kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku seksual maupun perilaku menyimpang.
Artikel oleh Abel Cantika