Tradisi Kecantikan ini Unik, dan Berbahaya!

“Menjadi cantik itu mahal!” atau “Kalau mau cantik, mesti sakit dulu!” adalah beberapa kalimat yang sering dilontarkan orang lain kepada kita jika sedang melakukan perawatan yang notabene nya, cukup mengeluarkan uang dan energi.

Nah, rupanya sejak zaman dahulu pun, nenek moyang kita juga sudah sadar akan pentingnya menjaga penampilan mereka agar tetap menarik dilihat orang. Namun, tahukah kamu bahwa beberapa cara yang mereka lakukan tidak biasa? Bahkan sangat ekstrim sehingga bisa membahayakan jiwa! Memangnya, cara-cara seperti apa yang mereka lakukan? Untuk lebih lanjut, simak saja artikel berikut ini.

 

  1. Facial dari Kotoran Burung Bulbul

facial kotoran burung bulbul

Di Jepang, ada istilah ‘Uguisu no Fun’, yaitu mencampurkan kotoran burung bulbul dengan makeup dari tepung beras. Campuran ini biasa dipakai untuk riasan wajah para Geisha. Katanya, campuran kotoran burung ini berkhasiat untuk memutihkan dan menjaga warna kulit, serta menjaga wajah dari jerawat juga sinar matahari.

 

  1. Tradisi Mengikat Kaki

 mengikat kaki

Pada zaman kuno China, tradisi ini dilakukan karena pandangan masyarakat bahwa berkaki kecil adalah simbol kecantikan. Caranya adalah dengan mengikat kaki anak perempuan berusia 5-8 tahun oleh sang ibu atau dayang-dayang yang berpengalaman. Walau sangat tidak manusiawi, namun tradisi ini tetap bertahan hingga ribuan tahun dalam sejarah kebudayaan China.

 

  1. Riasan Wajah dari Logam Berat

 makeup logam berat

Pada zaman Mesir Kuno yang diperintah oleh Ratu Cleopatra, logam-logam berat seperti timah, tembaga, galena (sulfida timah), dan kohl (pasta dari logam campuran timah) sebagai bahan riasan wajah. Campuran logam tersebut rupanya menimbulkan efek ketergantungan, dan buruknya lagi, menyebabkan kerusakan kulit yang terjadi karena pengelupasan kulit.

 

  1. Lulur dari Kotoran Buaya

lulur kotoran buaya

Tradisi ekstrim satu ini terjadi di Yunani Kuno. Bangsa Yunani Kuno rela berendam di dalam kotoran buaya untuk kebutuhan medis dan kecantikan. Mereka percaya bahwa kotoran reptil bisa meremajakan kulit dan mengawetkan kecantikan. Lucunya, hal ini hanya terjadi pada kalangan atas dan mereka tidak hanya menjadikan kotoran buaya sebagai lulur, tetapi juga masker wajah.

 

  1. Bedak dari Arsenik

bedak arsenik

Di Eropa abad pertengahan, kulit putih pucat sedang tren karena dianggap terlihat sehat dan bermartabat (khususnya para wanita bangsawan). Agar terlihat lebih putih, para wanita Eropa pun rela menempelkan bedak dengan bahan arsenik ke wajah mereka, yang sudah jelas mengandung racun. Tidak hanya itu, mereka juga menggunakan bahan lain seperti sulfur, bijih timah, dan bahan-bahan pemutih bahaya lainnya.

 

  1. Wig Sulfur

wig sulfur

Di Inggris pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I, muncul tren wig merah menyala menyerupai rambut sang Ratu. Para wanita pun banyak menggunakan wig tersebut. Namun sayangnya, wig itu terbuat dari bahan-bahan berbahaya seperti sulfur dan kelopak bunga safflower, yang menyebabkan pusing, mual, dan parahnya, sampai mimisan.

 

  1. Cat Rambut dari Darah Sapi

cat rambut darah sapi

Tradisi ekstrim yang kedua ini benar-benar dilakukan di Iran zaman dahulu. Para wanita Iran saat itu mencampurkan henna dengan kecebong dan darah sapi hitam. Mereka percaya bahwa darah dari sapi berwarna hitam juga bisa menghitamkan rambut mereka dan merawat kesehatan rambut.

  1. Berkumur dengan Urin

kumur dengan urin

Tradisi yang terbilang cukup aneh ini dilakukan oleh Bangsa Romawi Kuno. Mereka mengimpor air urin Bangsa Portugis untuk dijadikan pembersih mulut agar gigi mereka terlihat putih dan bersih. Namun kenyataannya, air urin mengandung sejumlah pembunuh bakteri seperti ammonia dan urea, yang berguna untuk mengatasi masalah gigi seperti radang gusi.

 

  1. Hilangkan Rambut dengan Kapur Mentah

 extreme waxing

Di zaman Renaissance, para wanita dan pria menggunakan obat penghilang rambut yang terbuat dari bahan-bahan berbahaya seperti kapur mentah (kalsium oksida), yang sifatnya panas dan menyebabkan kulit iritasi parah, juga arsenik yang mengandung racun.

 

Artikel oleh Fayesha Ghinta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.