I Love You, So..

“Mama, aku mau lolipop..” pinta Soleram kecil kepada ibunya. Soleram gadis kecil  yang manja, maklum dia anak yang paling bontot. Ketiga kakaknya laki-laki. Ayah Ibu nya pun lebih ngati-ati kepada Soleram, selain karena dia anak paling ayu di rumahnya, Soleram sering  menjadi pupuk bawang abang-abangnya, karena selalu saja menjadi bahan jahilan abang-abangnya saat berebut mainan, sampai Soleram menangis. Lalu sang Ibu selalu memberinya permen lolipop untuk membuatnya tersenyum lagi, dicium sang ibu, langsung merah pipinya dan behenti menangisnya.

” So le ram, So – So – So – leram, Soleram, anak yang manis… anak manis janganlah dicium sayang, kalau dicium merahlah pipinya…” .

Di usia sekolah sampai dia SMA pun dia tidak hanya punya teman perempuan saja, ada seorang  sahabat cowok, dilalah teman dari dia SD hingga SMA. Shawal namanya.

Ketika awal masuk SD, Soleram waktu itu masih pendiam, Shawal lah teman pertama yang ia kenal. Shawal anak lelaki yang supel dan lucu. Jika Soleram menangis karena bertengkar dengan teman perempuan sewaktu mereka SD, Shawal lah teman yang selalu menenangkan Soleram.

Ketika itu Soleram dimusuhi oleh gank Miranda hanya karena Soleram  jujur mengatakan “norak” ke Miranda yang selalu berdandan glamour ke sekolah. Memang, miranda anak yang agak berlebih, berlebih memakai kosmetik di sekolah. Bedak, lipglos, parfum, terkadang memakai eyeliner, bahkan bulu alis matanya dibentuk bak wanita dewasa, padahal dia masih SD. Tak hanya dandanannya saja, sedari SD, Miranda sudah memakai perhiasan yang berlebih; anting, kalung, gelang, cincin emas ke sekolah. Memang, Miranda anak orang berada, namun sepertinya belum pantas jika dikenakan untuk anak-anak SD. Bukan hanya itu, cara bicaranya pun, Miranda cenderung berlebih, dia suka mengkomandoi gank gank kemayu nya. Bicaranya cuwawakan, ngomongin teman-temannya.

“Ayolah So.., ngga usah pikirin mereka, cuek bebek aja lah. Masih banyak teman yang lebih asik. Contohnya aku. Mendingan Yuk kita makan anak mas dan es cincauw aja..”Ajak Shawal

“ahhh.. Siapa juga yang peduli dengan gank centhil itu. Huh shawal, Aku gak suka anak mas dan es cincau. Enak juga lolipop dan es krim” Jawab Soleram

“Hmmm, padahal sebenernya mau aku traktir. Gak jadi yawdah. Beneran. ”

Persahabatan Soleram dan Shawal terus berjalan, secara tidak sengaja mereka masuk pada SMP yang sama,  SMP Bertaraf Internasional di kota mereka. SMA pun mereka juga dipertemukan pada  SMA bertaraf internasional di kota mereka. Hari – hari mereka lalui masing – masing, dengan segudang kegiatan anak muda. Yang sama-sama mereka sukai adalah olah raga basket. Sehingga mereka dipertemuan mereka lebih sering janjian berangkat dan pulang bareng sewaktu ekstrakurikuler basket. Tak jarang mereka sering bercanda ketika bertemu.

Ketika Shawal ikut pertandingan basket pun, Soleram selalu menonton dan mensupport. Begitupun Soleram, ketia ia ikut turnamen POR tingkat SMA, Shawal tak mau ketinggalan untuk mensupportnya. Persahabatan mereka sangat erat, saling support dalam prestasi.

Tak hanya support mensupport di turnamen basket saja, Buku catatan, PR, tugas-tugas sekolah pun, mereka saling membagi info satu sama lain. Walaupun tidak pernah satu kelas, malah justru mempererat persahabatan keduanya, karena mereka menjadi saling tukar info bahan ulangan, kunci jawaban Pe-eR, dan bocoran tugas-tugas.

Namun, menjelang kelulusan, intensitas mereka menjadi sangat jarang bertemu, karena masing-masing sudah disibukkan dengan ujian kelulusan. Hingga pada akhirnya mereka bertemu di malam pesta perpisahan SMA.

“setelah ini rencana lanjut kuliah dimana, So?”

“aku sepertinya mau ngikut abang – abangku, lanjut ke singapore. Penginnya ambil bussiness administration.

“kamu, Shaw?”

“mm… aku sih… berusaha ngikut UMPTN dulu aja lah.. moga-moga sih ketrima jurusan yang aku pengin. Arsitektur.”

“kalo engga ketrima? Ambil swasta ya.. ”

“kalau engga ketrima ya…, terbang dehhh Aku mau nyusul kamu ke singapore.”

“ahhh. Ayukk aja lanjut kesana.. mungkin kamu bisa lebih maju, atau kamu bisa cari beasiswa?”

“keep contact  ya, So..” (seolah Shawal takut kehilangan Soleram)

“seeppp lah Shaw, you are my bodyguard! …….ihihiiiiii”

Shawal hanya tersenyum dengan di dalam bathin dia berkata,

“ku kira kau akan mengatakan, you are my boyfriend,.. eealah ternyata bodyguard.. I will missing your smile, So..”

 

Lalu enam tahun berlalu sejak kelulusan SMA. Tiba –tiba di meja kamar Shawal ada undangan cantik yang berwarna cokelat keemasan. Setelah dibuka, tertulis Pernikahan Soleram  dengan Bima lengkap dengan tinta emasnya dan foto mereka sang calon mempelai.

“kamu masih cantik seperti dulu, So..

Sayangnya, aku tak pernah mengungkapkannya kepadamu… Sebuah pengungkapan yang kadung  tak bermakna untukmu saat ini..

I love you, So..

Semoga kamu bahagia bersamanya..”

 

 

(Singapura, 27 Februari 2012)

2 thoughts on “I Love You, So..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.