Pengaruh Mental Anak Terhadap Keluarga Broken Home

broken home

Istilah broken home biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan dan biasanya anak-anak yang broken home biasanya dikaitkan karena kelalaian orang tua dalam mengurus anaknya atau keluarganya . Namun, broken home bisa juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir dengan perceraian. Kondisi inilah yang bisa dibilang menjadi pemicu dan membuat anak menjadi murung, sedih yang berkepanjangan serta malu karena orang tuanya telah bercerai dan yang paling parah bisa membuat mereka melakukan hal-hal negatif seperti mulai mencoba rokok, narkoba dan minuman keras. Hal ini yang akhirnya bisa membuat anak kehilangan pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan.

Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang anak. Hal inilah yang mengakibatkan seorang anak jadi tidak ingin beprestasi. Hal ini juga merusak jiwa anak secara perlahan-lahan dan membuat mereka menjadi susah untuk diatur, tidak disiplin dan brutal. Mereka juga bisa dibilang menjadi pemicu dari suatu kerusuhan karena mereka ingin mencari simpati dari teman-temannya bahkan dari para guru. Untuk menyikapi hal ini perlu diberikan perhatian dan pengerahan yang khusus agar mereka mau sadar dan mau berprestasi. Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan . Pada masa inilah remaja akan mulai melakukan banyak hal-hal yang negative pada umumnya. Mereka akan mulai lebih mendengarkan teman-temannya daripada orangtua atau keluarga.

Mereka akan lebih percaya perkataan orang lain daripada perkataan orang tuanya. Jika tidak disikapi dengan benar, hal ini dapat membuat anak lebih merasa tidak nyaman di keluarga dan yang akhirnya membuat mereka bisa kabur dari rumah karena keluarga merupakan tempat pertama bagi seorang anak untuk belajar berinteraksi sosial. Jadi , di sini keluargalah yang bertanggung jawab dalam perkembangan sosial anak. Pada hakekatnya, keluargalah wadah pembentukan masing-masing anggotanya terutama anak remaja yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya , selain sebagai pembentukan masing – masing anggota terutama anak peranan terpenting dalam keluarga memenuhi kebutuhan anak baik kebutuhan fisik maupun psikis.

Tidak luput dari kenyataan yang ada bahwa semakin hari semakin banyak keluarga yang mengalami broken home. Beberapa kasus diantaranya mungkin disebabkan oleh perselingkuhan , perbedaan prinsip hidup atau sebab-sebab lainnya yang bisa disebabkan oleh masalah internal maupun eksternal dari kedua belah pihak.

Pastinya, kasus-kasus broken home itu sama halnya dengan kasus – kasus sosial lainnya. Inti dari permasalahan ini adalah komunikasi yang baik antar anggota keluarga dan yang terutama adalah suami-istri, karena memburuknya komunikasi diantara suami – istri ini seringkali menjadi pemicu utama dalam keluarga broken home. Oleh sebab itu , sangatlah penting rasa saling percaya, saling terbuka diantara keduanya agar terjadi komunikasi yang efektif. Dalam keadaan ini, kematangan kepribadianlah yang menentukan penerimaan peran dari pasangan komunikasinya.

Dalam rumah tangga yang tidak sehat, yang bermasalah dan penuh dengan pertengkaran-pertengkaran bisa muncul 3 kategori anak:

1. Anak-anak yang memberontak yang menjadi masalah diluar dan anak yang jadi korban keluarga yang bercerai itu menjadi sangat nakal sekali

2. Anak korban perceraian jadi gampang marah karena mereka terlalu sering melihat orangtua bertengkar , namun kemarahan juga bisa muncul karena :

a. Dia harus hidup dalam ketegangan dan dia tidak suka hidup dalam ketegangan

b. Dia harus kehilangan hidup yang tentram, dan dia jadi marah pada orang tuanya kenapa mereka memberikan hidup yang seperti ini kepadanya

c. Waktu orang tua bercerai, anak kebanyakan tinggal dengan sang ibu , itu berarti ada yang hilang dalam diri anak yakni figur otoritas , figur seorang ayah

3. Anak-anak yang bawaannya sedih , mengurung diri dan menjadi depresi . Anak ini juga bisa kehilangan identitas sosialnya.

 

Gangguan Kejiwaan pada Seorang anak yang Broken Home :

1. Broken Heart

Jika seorang anak yang merupakan laki-laki merasakan kepedihan dan kehancuran hati sehingga memandang hidup ini sia-sia dan mengecewakan. Kecenderungan ini membentuk sang anak menjadi orang yang krisis kasih sayang dan biasanya lari kepada yang bersifat keanehan seksual. Contohnya adalah seks bebas, homoseksual, lesbian (jika anak tersebut adalah seorang wanita), menjadi simpanan orang serta tertarik dengan istri atau suami orang lain dan hal lainnya .

2. Broken Relation

Sang anak merasa bahwa tidak ada orang yang perlu di hargai , tidak ada orang yang dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat diteladani. Kecenderungan ini membentuk anak menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang lain, ugal-ugalan, mencari perhatian, kasar, egois, dan tidak mendengar nasihat orang lain serta cenderung semaunya sendiri .

3. Broken Values

Si pemuda kehilangan ”nilai kehidupan” yang benar . Baginya dalam hidup ini tidak ada yang baik , benar atau merusak dan yang ada hanya “yang menyenangkan” dan “yang tidak menyenangkan” . Pada intinya , dia akan melakukan apa yang menyenangkan hatinya dan dia akan menghindari hal yang tidak menyenangkan bagi dirinya.

 

Artikel oleh Anggawirya

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.