Mitos dan Fakta HIV / AIDS

mitos fakta hiv aids

Pemahaman yang kurang terhadap penyakit HIV / A IDS menimbulkan pandangan yang salah tentang penyakit ini. Pemahaman yang keliru juga menimbulkan diskriminasi bagi para penderita. Banyak mitos-mitos yang muncul berhubungan dengan penyakit ini. Berikut beberapa pendapat atau mitos yang salah tentang HIV / AIDS:

• Mitos: HIV sama dengan AIDS

Fakta: Orang yang telah terinfeksi HIV belum tentu juga AIDS, karena AIDS adalah kondisi dimana kerusakan sistem imun sudah parah yaitu ketika CD4 dibawah 200. HIV adalah virus yang menyerang atau menghancurkan CD4, jika infeksi diketahui lebih awal dan mendapatkan penanganan yang tepat maka CD4 bisa dipertahankan tetap tinggi.

• Mitos: Terkena HIV akhir kehidupan atau hanya bertahan beberapa tahun saja

Fakta: Penanganan yang tepat dan konsultasi serta pemeriksaan teratur ke dokter dapat membuat anda menjalani kehidupan normal. Semakin dini pengobatan akan semakin baik karena belum masuk pada kondisi AIDS. Jika anda memiliki resiko, segera lakukan pemeriksaan karena gejala bisa muncul setelah 2 hingga 10 tahun terinfeksi. Banyak orang yang tidak menunjukkan gejala apapun setelah bertahun-
tahun terinfeksi, sehingga melakukan testatau pemeriksaan adalah tindakan terbaik.

Mitos: HIV bisa menular dengan sentuhan

Fakta: HIV tidak akan menular hanya karena berpelukan, bersalaman, bertukar pakaian atau handuk , bersentuhan kulit ataupun keringat. Anda tidak perlu takut hidup berdampingan dengan penderita HIV/AIDS. HIV dapat menyebarkan penyakit dari seks bebas tanpa kondom, berbagi jarum, atau membuat tato dari peralatan yang tidak steril.

• Mitos: HIV dapat menular lewat gigitan nyamuk

Fakta: Telah dilakukan banyak penelitian bahwa HIV tidak menular lewat gigitan nyamuk. Jadi tidak usah takut tidur berdekatan dengan penderita.

• Mitos: Dengan konsumsi ARV terus menerus akan baik-baik saja

Fakta: ARV dapat menghambat lajunya virus akan tetapi obat ini menimbulkan efek samping yang serius bagi tubuh. Oleh karena itu penderita perlu menjaga pola hidup yang seimbang seperti istirahat cukup dan teratur, makan bergizi, olahraga dan yang paling penting hindari stress. Konsumsi nutrisi yang tepat salah satunya adalah konsumsi Transfer Factor yang dapat menguatkan sistem imun dan juga membantu mengurangi efeksamping dari ARV. Transfer Factor (Transfer Factor Plus) dapat menguatkan sistem hingga 437%, sistem imun yang kuat ini akan membantu penderita melawan HIV. Transfer Factor juga nutrisi yang membantu mempercepat proses regenerasi sel-sel yang rusak dalam tubuh, sehingga kesehatan lebih terjaga. Virus HIV adalah virus yang bekerja tiada henti, karena itu menjaga kesehatan adalah salah satu kunci penting untuk tetap hidup sehat lebih lama.

• Mitos: Minum antibiotik sebelum melakukan hubungan seks dapat mencegah terkena infeksi menular seksual (IMS)

Fakta: Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi, bukan untuk pencegahan. Pencegahan IMS hanya dapat dilakukan dengan penggunaan kondom secara konsisten dan benar ketika melakukan seks beresiko. Satu hal lagi, IMS merupakan pintu masuk virus HIV untuk masuk ke dalam tubuh manusia.

• Mitos: Tidak perlu memakai kondom jika kedua pasangan telah terinfeksi

Fakta: Ada banyak jenis HIVsehingga tetap perlu menggunakan kondom meskipun kedua pasangan telah terinfeksi, gunanya untuk mencegah pasangan tertular jenis HIV lainnya. Selain menghindari penularan jenis HIV yang lain, juga untuk mencegah penularan penyakit-penyakit yang lain terhadap pasangannya. Menurut dokter Boyke resiko penularan HIV / AIDS tanpa menggunakan pengaman atau kondom cukup tinggi yaitu resiko penularan sekitar70 hingga 80%.

• Mitos: HIV / AIDS tidak bisa tertular lewat oral seks

Fakta: HIV / AIDS bisa saja menular lewat oral seks, karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang menyukai oral seks juga bisa tertular. Human immunodeficiency virus (HIV) juga ditemukan dalam air ludah akan tetapi jumlahnya sangat sedikit untuk bisa menyebabkan infeksi. Akan tetapi penularan seks oral terjadi jika ada lesi (luka) di mulut, bahkan ciuman pun bisa beresiko tertular jika ada luka. Akan tetapi jika mulut dalam keadaan bersih maka sperma yang tertelan lewat mulut akan mati dalam asam lambung.

• Mitos: Pasangan saya setia, jadi tidak mungkin terinfeksi

Fakta: Setia atau tidaknya pasangan anda tidak menjamin terbebas dari infeksi HIV AIDS, karena sangat berkaitan erat dengan gaya seks atau gaya kehidupan di masa lalu. Orang yang terinfeksi tidak akan menunjukkan gejala apapun pada tahun-tahun awal infeksi.

• Mitos: Terinfeksi HIV dapat diketahui secara alami

Fakta: Beberapa orang tidak mengalami gejala apapun setelah terinfeksi, namun ada juga yang mengalami demam ringan, kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening dan sakit tenggorokan dan gejala-gejala ini akan menghilang dengan sendirinya selama beberapa hari
atau beberapa minggu. Karena gejala yang tidak muncul pada beberapa tahun awal terinfeksi, bahkan tidak muncul selama beberapa dekade sehingga melakukan pemeriksaan sangat disarankan untuk mengetahui apakah sudah terinfesik HIV atau belum.

Sedangkan gejala-gejala yang mulai muncul setelah bertahun-tahun terinfeksi seperti berat badan menurun, ruam kulit, mual muntah dan diare, batuk kering, pneumonia, keringat dimalam hari, perubahan pada kuku, infeksi jamur, kesulitan berkonsentrasi, herpes mulut dan kelamin dan sebagainya.

• Mitos: Wanita yang terinfeksi HIV tidak bisa mempunyai anak

Fakta: Di Australia banyak anak-anak dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi HIVdan anak-anak tersebut tidak terinfeksi HIV. Dengan perawatan yang baik anda memberikan kesempatan bagi diri anda sendiri dan juga anak-anak yang akan dilahirkan.

Wanita yang terinfeksi virus HIV sering merasa takut akan menularkan virus HIV bayinya. Resiko penularan kepada bayi dapat ditekan sehingga memberikan kesempatan kesempatan kepada wanita untuk punya anak.Jika anda positif HIV dan berencana punya keturunan, maka berkonsultasilah kepada dokter ahlinya agar mendapatkan perawatan dan dukungan perawatan yang tepat. Ada beberapa cara untuk mengurangi resiko penularan wanita hamil kepada bayinya:

1. Menggunakan obat secara teratur dibawah pengawasan dokter.

2. Melahirkan secara caesar atau operasi.

3. Tidak menyusui bayinya.

Written by : Syahlina Adinda Pohan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.