Perempuan Jawa

Aku tertegun melihat perempuan itu. Tak kusangka. Dari sikapnya yang konyol ternyata dia pintar masak. Weks, detak jantungku hampir berhenti. Benarkah? bukanlah wanita seperti ini yang layak mendampingiku? ah tak mungkin aku mendekatinya. Lagipula aku hanya mengenalnya lewat blog. Salah-salah seperti membeli karung dalam kucing, eh maksudku membeli kucing dalam karung.

Siapa sih dia?

Dia adalah seorang perempuan jawa. Walau usianya tergolong masih muda tapi aku suka cara berfikirnya, caranya bertutur, caranya bersikap, mencerminkan tata krama jawa, tentu-terlepas dari sifat bawaannya yang suka ngocol. Dia lah seorang perempuan yang kucari-cari selama ini dalam dunia nyata. Itulah sebabnya sampai saat ini dengan usiaku yang cukup untuk menikah, aku masih saja sendiri. Teman-temanlah sebagai pelepas kejenuhan atas kesendirianku.

Aneh memang. Ah bukan aneh. Tidak. Tidak. Bukan aneh. Kata yang tepat menggambarkannya adalah unik. Ya. Dia seorang yang unik. Bagaimana tidak. Zaman sekarang getu loh. Ketika perempuan-perempuan lain senang shopping. Menghabiskan waktu berjam-jam di mall. Dia malah seneng dengan acara mengurus rumah dan memasak. Dalam satu obrolan kami, dia pernah mengakui sempat juga saat kuliah 5 tahun lalu mencicipi life style layaknya para kaum Urbana. Nongkrong di cafe mall. Pesan cappucino. Ngobrol gak jelas berjam-jam dengan seorang sahabatnya.

Dan sekarang dia membawa perempuan jawa masa lalu ke masa kini. Dia memang bukan koki restoran. Tapi dari ceritanya aku cukup tahu kalau dia pintar membuat masakan enak dan sedap. Dia bukan orang yang pintar, tapi dia mau belajar segala hal. Termasuk datang ke seminar motivasi. Menonton acara masak. Belajar tentang pola asuh anak. Membersihkan rumah. Selalu punya waktu buat keluarga. Dan satu hal, dia tak berambisi jadi wanita karir. Dia memang bekerja. Ritme pekerjaan diaturnya sendiri. Setelah bekerja di tempat orang lain, dia memutuskan keluar dan bekerja dari rumah. Menangani kasus-kasus belajar yang tak sanggup diatasi oleh orang tua. Soal gaji? dia bersedia dibayar berapapun. Dia mengizinkan orang tua mengamati selama sebulan penuh tentang cara menangani kasusnya. Hebatnya dia selalu dibayar tinggi. Tidak ada orang tua yang tega membayar dengan harga rendah setelah melihat kesabaran dan service yang dia berikan. Sebuah keberanian luar biasa menurutku. Jaman sekarang mana ada orang yang mau kerja bayarannya gak jelas. Menurutnya prinsip keyakinan harus ada. Yakin kalau gaji yang diterima adalah yang terbaik, asalkan melakukan pekerjaan dengan hati.

Yach sampai saat ini pun aku tidak bisa melakukan apa-apa. Walau kuakui memang ada sesuatu yang aneh dalam hatiku. Dan aku tak ingin cepat2 mengakuinya sebagai cinta. Terima kasih ya sudah mendengarkan membaca jeritan hatiku ini. Aku berharap suatu saat ada kondisi yang mengatur kita agar terjadi perjumpaan di dunia nyata. Aku mengharapkan keajaiban Tuhan.

by: Yella Shakti

artikel ini dikirim oleh:

Yella Shakti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.