Gowes & Gasses

Sejak anak sulungnya mulai masuk sekolah, Ema menjadi memiliki tambahan kegiatan baru, yakni mengantar jemput sekolah anak. Ema seorang ibu rumah tangga biasa yang juga memiliki bisnis sambilan berdagang baju. Ema memang tergolong wanita yang gesit. Jaman mudanya sangat menyukai olah raga, tiada hari tanpa olah raga baginya. Renang, gym, jogging, badminton, dan basket. Smua pernah ia lakoni. Sampai kegiatan itu mulai jarang ia lakoni semenjak ia menikah dan melahirkan anak-anaknya. menjadi seorang ibu dan isteri, Kesibukan dan tanggungjawab tiada henti yang tidak dapat ia lepaskan begitu saja. Ia selalu ingin punya waktu untuk “me time’ nya yakni berolahraga, namun pada akhirnya selalu kepenthok dengan kesibukan ibu rumah tangga. Baginya, mengurus keluarga adalah nomor satu. Suami dan ketiga anaknya ia priorotaskan. Sehingga semenjak menikah, ia keluar dari bekerja di sebuah bank  BUMN nasional.

Sampai pada akhirnya, si sulung mulai sekolah di playgroup. Sekolah anaknya berjarak sekitar 3kilo dari rumah. Pertama mengantar, ia mencoba dengan menggunakan bus. Namun setelah di sekolah dia bertemu dengan teman ibu-ibu yang juga mengantarkan anaknya ke sekolah. Mereka ada yang memakai sepeda motor, namun tak sedikit juga yang mangantar jemput dengan menggunakan mobil. Padahal rumah mereka tak jarang malah hanya berjarak 1 atau 2km saja dari sekolah itu. Memang, jaman sekarang, siapa yang tidak ingin cepat sampai, praktis, tidak lelah, dan tetap cantik karena tidak hitam karena kepanasan. Dasar Ibu-ibu.

Suami Ema bukan tidak mampu membelikan sepeda motor atau mobil, Ia bekerja sebagai enginer di sebuah perusahaan otomotif di kota Jakarta. Sesampai di rumah, Ema bercerita kepada suaminya, Dicky.

“Ayah, tadi aku perdana mengantar Dhea ke sekolah. Ketemu sama ibu-ibunya temen si Dhea. Mereka jarang ada yang mau jalan lho, yah. Kebanyakan pada pakai motor. Malah banyak yang pada bawa mobil. Padahal ternyata mereka rumahnya deket banget sama sekolahan.”

“Bilang saja, Ibu minta dibelikan mobil juga kan?”

“ahhh..engga lah, Ayah.”

“nah itu kan sudah ada motor nganggur dirumah. Pakai saja, Bu buat antar jemput Dhea. Tapi hati-hati ya dengan si Dhea, harus diakali jangan sampai jatuh,  jalanan sekarang rame sekali dan suka pada kebut-kebutan tuh orang-orang sekarang kalau pada naik motor. Atau Ibu yang pakai mobil saja, Ayah ngantor pakai motor, bagaimana?”       

“Aku malah males naik motor, nih Ayah. Kan jaraknya cuman deket 3kilo saja. Apalagi naik mobil? Aduhhh.. itu mah gensi doank. Eman-eman uang bensinnya. Kecuali kalau hujan dan kepepet ya. Mmm.. Gimana kalau aku antar jemput Dhea  pakai sepeda saja?”

“hahhh? Ibu mau?”

“idihhh Ayah ngeledhek”

“beneran..? Ibu kuat ngga nggenjot??”

“Yahhh? Malah meragukan kekuatanku? Jadi Ayah ngga percaya nih? Ok besok kumulai ya. Mengantar Dhea by bicycle-ku”

“Aduhhh jaman sekarang gitu lhooo.. jarang ditemui isteri macam kamu?”

“Biar aku bisa sekaliyan olahraga, Ayah. Lagian, polusi sekarang, amit-amit parahnya. BBM pada menguap smua karena macet. Kan udah ada jalur pejalan kaki dan sepeda ke arah sekolah Dhea kalau dari rumah kita. Sayang kan, kalau tidak kita manfaatkan. Mending uang bensin dari Ayah kukumpulin aja deh buat modal bisnisku.”

“OK, baiklah isteriku sayang.. hati-hati dijalan besok ya..”

“Seepp deh, Ayah.”

Keesokan harinya  Ema mengantar jemput Dhea dengan sepeda. Kadang ia menunggu di sekolah, namun kadang juga Dhea ditinggal di sekolah, sementara Ema pulang untuk mengerjakan tugasnya dirumah. Ia tergolong wanita yang tidak begitu menyukai kumpul-kumpul yang terlalu sering dan bergosip bersama ibu-ibu dari temannya Dhea. Baginya, kumpul-kumpul secukupnya saja, asal kerjaan rumah kelar dan bisnis tetap maju terus. Saat mengantar jemput Dhea,  adik-adik Dhea sementara bersama pembantu serabutan yang datang pagi – pulang sore hari. Seminggu pertama dia merasakan memakai sepeda mengantar jemput Dhea.

Ayah, lama-lama aku capek pakai sepeda, buat antar jemput Dhea.”

“Nah kan.. yaudah pakai saja sepeda motor. Atau naik bus lagi?”

“Bukan ayah, aku ingin tetep naik sepeda.. asik sebenernya. Tapi kadang aku merasa capek saat harus menggenjot sedangkan posisi jalan lumayan menanjak. Bbbhhhhh,,, rasanya dengkulku mau copot.”

“trus, Ibu mau nya bagaimana? Ohhh Ayah tau, tak buatkan “sepeda motor” ya?

“hah, kan udah punya ntu sepeda motor di garasi?”

“Bukan itu sayang…. Ini sepeda listrik maksudku. Jadi nanti waktu Ibu merasa capek, Ibu ngga perlu nggenjot deh. Cukup di gas aja.. oke?”

“Hah, Ayah bisa emang buatnya?”

“Hmmm..Ibu meragukan kekuatanku? Jadi Ibu ngga percaya nih? besok sabtu Ayah siapkan ya?”

“Oke Ayah sayang… aduhhh I love you, dear.. jarang-jarang kan suami yang mbuatin sepeda listrik ke isterinya. Asikkk deh, aku tetep bisa olahraga gowes dan tetep bisa nge- gas sepeda bak naik motor.”

Pada hari Sabtu, Suami Ema libur dari kantornya karena memang masuk lima hari kerja. Dia yang seorang enginer otomotif itu langsung menyulap dan merakit sepeda isterinya menjadi sedemikian lebih canggih.

Di minggu ketiga sekolah Dhea, Ema sudah lancar dan puas mengantar jemput Dhea dengan menggunakan sepeda listriknya. Sepeda yang telah di modifikasi sedemikian serupa oleh suaminya menjadi seperti sepeda baru yang bisa di gowes dan di-gas ketika Ema merasa lelah. Kendaraan tanpa bahan bakar minyak yang digerakkan oleh dinamo dan akumulator. Dengan menggunakan baterai khusus yang cukup diisi kembali dengan menggunakan listrik saja, ketika di rumah. Seperti nge-cas hape. Jarak tempuhnya pun tidak kalah dengan sepeda motor biasa. Sepeda listrik Ema mampu mencapai jarak tempuh 80km/jam. Mampu berjalan pada jalan menanjak, dan cuaca hujan. Asal dinamonya tidak sampai terkena air.

Melihat Ema setiap hari gesit mengantar jemput Ema memakai sepeda listrik, ibu-ibu komplek dan ibu-ibu dari temannya Dhea juga akhirnya ikutan hunting sepeda listrik. Mereka ingin gak kalah gesit, sexy, sehat dan yang paling penting hemat uang bensin.

(Singapura, 29 Februari 2012)

 

2 thoughts on “Gowes & Gasses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.