Ketika Separuh dari Belahan itu Bertemu (I love you, So — chapter 2)

“Baiklah, mas Bima kalau kamu yang mengajari aku seperti itu, akan kulakukan hal yang sama seperti apa yang telah kau lakukan padaku.” Dalam pikiran Soleram berkata, ketika ia mengetahui suaminya telah berselingkuh dengan rekan kantornya. Ia mendapati HP suaminya yang berisi sms – sms sex yang sangat menjijikkan dengan wanita lain. Memang, suaminya menjelaskan bahwa hal itu sudah berakhir.  Namun begitu membekas luka itu di dalam hatinya. Soleram sangat mendamba rumah tangga yang sempurna, tanpa cacat. Cinta yang tidak saling menyakiti, tidak ada pengkhianatan.

Soleram tak habis fikir, mengapa Bima begitu tega mengkhianatinya, sedangkan dirinya hanya seorang ibu rumah tangga yang sangat polos dengan kesibukan mengurus dua bidadari kecilnya, Diandra dan Adinda. Soleram hanya bisa menangis dan terus bertanya kepada Tuhan, namun tidak menemukan jawabannya.. Jawaban yang selalu ia dapat hanyalah kedua bidadari cantiknya.

Ia hanya mempunyai tekad untuk bertahan demi kedua bidadarinya. Hari-hari Soleram seolah semakin kesepian. Mereka tinggal di Belanda jauh dari keluarga dan kerabat dekatnya yang berada di Jakarta. Ketika ia merasa kesepian, Soleram hanya bermain bersama anak – anaknya. Suaminya sibuk dengan pekerjaan kantornya, yang setiap hari berangkat  subuh dan pulang selepas maghrib.  Terkadang ia bosan dengan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga yang tiada hentinya. Ia sudah tidak mempunyai “me time” lagi semenjak menikah dan melahirkan kedua buah hatinya.

Hiburan yang ia punya satu – satunya adalah “facebook”. Memang, facebook sangat bermanfaat terutama bagi ibu rumah tangga. Setiap hari Soleram melihat wallnya yang dipenuhi dengan iklan OL shop yang selalu riwa -riwi yang menjual berbagai kebutuhan untuk mempercantik penampilan. Karena ia merasa frustasi, tak jarang ia berbelanja bermacam baju untuknya dan untuk anak-anaknya. begitulah cara wanita melupakan segalanya, dengan berbelanja. Satu-satunya cara yang bisa ia lakukan tanpa meninggalkan kedua anaknya di rumah.

Satu hari ada request pending yang meng-add Soleram sebagai friends. Ia langsung membukanya. Shawal.

“Shawaladien Adiyoso?…”

“Ya Ampun,,, Shawal ya?!.”

Soleram kaget setelah melihat Shawal add Fb nya, Soleram sempat terdiam dan berfikir sejenak, ternyata dia Shawal teman kecilnya.

Langsung tak lama kemudian Shawal menginboxnya.

“So, apa kabarmu..? Sudah lama kita tak bertemu. Aku dengar dari teman-teman alumni SMA kita, kamu sekarang ada di Belanda ya.”

“Shawal!!! Iya, aku ada di Belanda, mengikuti suami yang pekerjannya disini. Aku sehat.. anak-anakku dan juga suamiku. Kabarku.. sedang mencari jawaban dari persoalan hidup. Kamu kerja dimana sekarang? Anakmu berapa Shaw?”

“Hhh,,maksud kamu, So? Kamu baik-baik saja kah disana? “

“Aku baik – baik saja, Shaw. Tapi hatiku yang sedang tidak karuan.”

“Aku di Kementrian Pekerjaan Umum di Jakarta. Ada Apa, So? Kamu bisa sharing sama aku. Aku kan body guard kecilmu.. hahaha.”

“Ahh..mungkin tidak sekarang, Shaw.. karena aku akan meminjam bahumu jika aku menceritakan segalanya. hahahaha”

“ooowhh, jadi begitu ya. Oke dehh.. tunggu aku datang ke Belanda ya kalau begitu.”

“hahhh. Becanda kamu.”

“Aku Awal tahun mulai lanjut pasca sarjana di Delft University of Technology dapet beasiswa.”

“Ya Alloh… Alhamdulillah.. Selamat ya, Shaw..Lho kamu ini sudah merit apa belum?”

“hehehe,,, aku kan setia, So..”

“hahahaha.. setia menjomblo ya? Tar deh di sini lebih seger hawanya.. cewek-ceweknya juga seger-seger.”

“Sesegar Soleram di taman bunga Tulip ya?.. hahaha. Anakmu berapa, So..”

“Aku udah 2 nih, cewek smua. Yang satu 5tahun, yang kecil 3 tahun.”

“Wahh, aku ternyata udah tua ya,teman kecilku udah beranak 2. Pasti cantik-cantik anakmu, kayak mama nya.”

“Ahh bisa aja kamu”

“kamu ada di kota mana, So?

“Amsterdam”

“Bulan depan kalau aku sudah di Netherland kuhubungi kamu yahh”

 

Sebulan berlalu dan awal tahun tiba. Shawaladien tiba di netherland. Lalu soleram pun meminta ijin kepada suami, ketika ia hendak menemui Shawal.

“Papa, temanku datang dari Jakarta. Dia lanjut S2 disini, besok Sabtu sore aku janjian ketemu sama dia. Mau Tanya-tanya seputar kehidupan di negri ini. Boleh ya?”

“Iya sayang, apa sih yang engga boleh buat kamu. Mau di antar ngga?”

“Ahh engga usah..aku berani sendiri kok. Cuma, sesekali aku nitip anak-anak ya. Papa kan libur.”

Sore itu di taman bunga Koekonhof, di dekat kota Amsterdam, mereka bertemu. Bertemu setelah sekian lamanya tidak bertemu. Di satu sudut taman di sebuah bangku dekat sedertean bunga tulip yang berwarna putih.

“Hey… So..”

“Ahh,,, Shawaladien.. Apa kabar..”

Lalu mereka berpelukan lumayan lama, seperti pasangan belahan jiwa yang lama terpisahkan. Saat pelukan itu terlepas, Shawal mendapati pipi Soleram basah.

“Kamu tidak apa – apa kan, So…”

“ yeaaa.. im fine. Im so glad to meet you,..”

“hey, So.. ada apa.. mengapa sorot matamu berkata, kamu tidak bahagia.. Ceritakan kepadaku..”

“Iya, Shawal.. Aku kecewa,, sangat kecewa ketika mendapati suamiku selingkuh dengan wanita lain. Seenak saja dia mempermainkan perasaanku. Selama ini aku setia kepadanya, mengurus anak-anak, manjadi isteri yang baik di rumah.”

“Sabar, So… Aku pinjamkan bahuku untukmu,,”

Lalu Soleram larut dalam kesedihan rasa kecewa terhadap Aria Bima suaminya yang pernah mengkhianatinya. Tenggelam dalam sandaran bahu Shawal yagn jenjang, tegap dan hangat. Hari beranjak senja. Senja di Koekonhof yang sangat memukau mata. Bunga tulip yang berwarna warni turut menjadi saksi biksu di pertemuan kedua teman lama itu.

“Lalu rencanamu bagaimana, So..”

“Sebenarnya aku pernah berniat ingin membalasnya. Namun aku terlalu setia. Aku tidak bisa. Dan dengan siapa?? …  Aku selalu teringat akan kedua bidadariku Diandra dan Adinda. Hanya merekalah alasanku untuk tidak melenceng dan tetap berusaha menjadi ibu yang baik. Aku akan tetap bertahan, demi anak-anakku.”

“Kamu bagai bunga tulip putih itu, So.. begitu tulus setia, suci, dan sungguh menawan. Kamu tau mengapa aku hingga saat ini belum menemukan seseorang yang pantas bersinggasana menjadi permaisuriku? Karena aku menginginkan wanita yang seperti itu.”

“Yea,,, disini kamu akan bertemu dengan banyak wanita cantik, putih seperti bunga tulip itu, Shaw..”

“Aku terlalu setia, So… ( setia padamu, menunggumu, hingga kamu datang kepadaku. Untukmu aku rela menjadi sandaran hatimu yang sedang gundah dan bersedih. Kamulah permaisuri di hatiku, So..). Shawal hanya berkata di dalam bathinnya.

Senja semakin dalam, lalu mereka mengakhiri pertemuan itu dengan makan malam di restoran seberang jalan. Soleram menjelaskan kepada Shawal tentang kehidupan di negeri kincir angin ini. Shawaladien pun bercerita tentang perjalanan hidupnya selama mereka tidak pernah bertemu.

“So,.. aku mohon, jangan bersedih lagi ya.. Kapan saja kamu membutuhkan curahan hati, aku selalu ada disini. I will always be there. You are too precious to be hurt. “

“thankyou, Shaw.. you always be my best friend.”

“salam buat anak – anak, dan juga suamimu”

Lalu mereka kembali berpelukan bagai pasangan kekasih yang hendak berpisah kembali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.