Ketika Suami dan Isteri sama-sama Bekerja

Manakah yang perlu didahulukan, keluarga atau pekerjaan?

Ini merupakan pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Meski anda bekerja siang malam untuk menjaga kelancaran keuangan keluarga, hal tersebut tidak menjadi alasan untuk mengutamakan karier.

Dulu memang ada model bahwa suami mejadi tulang punggung keluarga dengan menjadi satu-satunya pencari nafkah. Sekarang zamannya berubah. Bila hanya mengandalkan pendapatan suami, rasanya ekonomi keluarga sangat berat.

Lantas, bagaimana mengusahakan keseimbangan perhatian dalam keluarga? Sejumlah pakar psikologi keluarga menganjurkan, baik suami maupun istri yang bekerja , agar mendengarkan curahan hati anak- anak dan berusaha meluangkan waktu sebanyak mungkin dengan mereka.

Anak-anak membutuhkan kehangatan dari kedua orangtuanya. Waktu berkumpul yang berkualitas adalah hak anak-anak. Bila anak-anak mengungkapkan keberatan mereka atas kesibukan atau perilaku orangtuanya, hal tersebut harus didengarkan dan dijadikan masukan yang serius.

Anda dan pasangan yang bekerja disarankan secara teratur mengusahakan liburan untuk anak – anak. Pada saat liburan, orangtua sebaiknya memusatkan konsentrasi pada kegembiraan keluarga. Kesempatan berkumpul bersama anak-anak dapat menjadi saat yang tepat untuk memahamkan mereka bahwa anda selalu ada untuk mereka.

Suami atau istri juga wajib saling memberi waktu agar gejolak-gejolak yang terpendam dalam hati bisa terungkap. Suami maupun istri harus saling mendengar dan menerima curahan kegelisahan, kekhawatiran dan harapan-harapan dari pasangannya.

Suami istri yang berhasil mempertahankan keharmonisan keluarga selama puluhan tahun, umumnya memiliki pandangan bahwa perkawinan merupakan kerja sama, bukan persaingan. Hal ini karena suami istri sama-sama bekerja untuk mendukung kehidupan rumah tangga secara ekonomi maupun emosi.

Yang tak kalah penting adalah adanya batasan antara masalah rumah tangga dan pekerjaan. Biarkanlah urusan pekerjaan tetap berada di kantor dan ketika sampai di rumah gunakan waktu yang ada untuk berkomunikasi dengan keluarga.

Semua saran tadi memang terasa ideal, tetapi banyak pasangan yang sudah mencobanya dan menuai hasil, bahkan ketika mereka belum mempunyai buah hati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.