Bekerja di rumah memang menyenangkan karena Anda akan memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga dan tanpa repot menjalani rutinitas pagi hari yang harus terburu-buru menuju kantor, menghadapi kemacetan dan kepenatan selama di dalam kantor/perjalanan. Namun di balik nyamannya bekerja di rumah, ternyata ada mitos-mitos yang salah lho. Apa sajakah mitos salah itu? Berikut Sharing di Sini Mitos Bekerja dari Rumah.
1. Bekerja di rumah berarti santai dan sedikit bekerja
Kebanyakan orang berpikir memiliki usaha sendiri dirumah atau bekerja dengan cara remote (lokasi kantor ada di rumah), berarti kita akan memiliki sedikit pekerjan dan lebih bayak waktu santai, sehingga dapat menomorduakan pekerjaan tersebut dengan pekerjaan rumah. Sebanarnya hal itu tidak benar, bekerja di rumah maka Anda akan lebih sibuk bekerja dibandingkan mereka yang bekerja kantoran. Dalam banyak kasus, pemilik usaha dagang harus bekerja dari pagi hingga tengah malam. Walaupun sibuk bekerja di rumah yang dapat dikerjakan sepanjang hari siang/malam, sisi positifnya, Anda dapat mementukan waktu / jam berapa akan memulai bekerja dan kapan mau berhenti untuk istirahat.
2. Bekerja sendiri berarti Anda tidak memiliki bos
Memang benar jika memiliki usaha sendiri di rumah maka Anda tidak memiliki bos karena Anda sendirilah yang menjadi bosnya. Namun jangan salah pada kenyatanya Anda memiliki banyak bos lho, yakni para klien, pasien, pelanggan, konsumen, dll. Jika Anda bekerja di sebuah perusahan, maka Anda akan berusaha menyenangkan bos. Namun jika bekerja dari rumah, maka Anda akan berusaha memuaskan hasil kerja Anda kepada para klien/pelanggan/konsumen. Jika Anda tidak dapat membuat puas para klien, beresiko Anda kehilangan mata pencaharian Anda. Jadi, anggapan bahwa bekerja di rumah tidak punya bos adalah salah besar.
3. Bekerja di rumah berarti dapat sembari bermain dengan anak dan handle pekerjaan rumah
Banyak wanita memulai bisnis mereka untuk dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka, serta menghemat biaya perawatan anak. Kemampuan untuk bekerja dari rumah adalah berkah bagi banyak ibu dan keluarga, tidak ada keraguan tentang hal itu. Namun, Anda yang bekerja dari rumah ini harus realistis dan konsekuen dengan segala situasi. Berapa banyak waktu yang akan Anda dedikasikan untuk bisnis/pekerjaan/usaha Anda ini? Bagaimana Anda mengatur sebagai ibu rumahtangga dan sebagai pekerja yang menghasilkan uang? Tak jarang ditemui banyak ibu yang bekerja di rumah, bahwa mereka perlu membawa anak-anak mereka ke penitipan anak, daycare, atau menitipkan anak-anak mereka ke kerabat, orang tua dalam beberapa jam sehari untuk mengelola waktu saat harus bertemu klien, konsumen, nasabah, panggilan konferensi, atau mengejar deadline.
4. Bekerja di rumah berarti tak perlu pikirkan aspek legal
Banyak pemilik bisnis rumahan tidak memikirkan aspek legal pada struktur bisnis mereka. Seorang konsultan wirausaha bahkan selalu menyarankan pengusaha untuk selalu memikirkan bentuk dari bisnis yang dijalankan untuk melindungi aset pribadi Anda serta untuk kemudahan dalam berbagai birokrasi, misalnya adalah saat Anda ingin mengajukan kredit di sebuah bank.
5. Bekerja di rumah berarti perlu banyak uang untuk modal usaha
Pastinya Anda akan berpikir jika memulai usaha sendiri maka akan memerlukan banyak modal untuk memulai usaha. Faktanya, memulai usaha sendiri di rumah, sangat relatif lho memerlukan banyak modal. Contohnya adalah bisnis yang berbasis jasa, misal: Jasa konsultan,
menjahit, bisnis jasa pembuatan website, bisnis blog, bisnis disain grafis, bisnis even organizer, dll. Yang perlu diyakini adalah, jangan pernah takut dengan modal yang besar untuk memulai usaha sendiri di rumah yang penting Anda pandai mengelola keuangan usaha, berusaha dengan keras dengan cara halal dan berdoa agar selalu dimudahkan.
6. Bekerja dari rumah masih dianggap tidak bekerja (kurang produktif)
Di masyarakat kita sayangnya masih banyak yang anggapan bahwa bekerja / produktif dari rumah dianggap belum bekerja atau dipandang kurang produktif. Padahal ciri-ciri negara maju salahsatunya adalah tingkat kemandirian masyarakat yang tinggi (kreatif) untuk mengolah segala sesuatu (barang/jasa) menjadi mempunyai nilai jual . Nah, dalam hal ini enterpreneur adalah yang dimaksud. Para sarjana di Indonesia sebaiknya menjadi pribadi mandiri dan produktif yang berjiwa pengusaha, bukan karyawan yang bekerja di kantoran. Dengan begitu akan tercipta banyak lapangan pekerjaan di Indonesia.[e_SdS]