Skizofrenia dan Bipolar Disorder adalah dua macam gangguan kejiwaan. Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang mempengaruhi fungsi otak manusia, fungsi normal pikiran, perasaan dan perilaku.
Skizofrenia kerap membuat pengidapnya mengalami halusinasi yang terasa begitu nyata. Sedangkan, gangguan bipolar adalah penyakit psikologi yang ditandai dengan perubahan mood yang sangat ekstrim, yaitu manic dan depresif. Ada saat-saat manic, yang membuat penderitanya merasa sangat bahagia dan ada juga saat-saat depresif, yang membuat penderitanya merasa sedih yang teramat dalam. Dua perasaan itu bisa datang dan pergi tanpa sebab.
Hana Alfikih, gadis kelahiran oktober 1992, anak kedua dari empat bersaudara ini mengidap dua macam gangguan kejiwaan –skizofrenia dan gangguan bipolar– sekaligus. Hana sering merasakan seperti mendengar suara bergemuruh serta melihat bayangan hitam yang mengintai dirinya dan membuat hidupnya dibayangi oleh rasa takut. Ia juga sering tiba-tiba merasa dirinya sangat bahagia dan sangat sedih tanpa sebab, tak kenal waktu dan tempat, karena hal itu bisa terjadi kapan dan dimana saja.
Saat duduk di bangku SD, Hana mulai merasakan ada sosok bayangan hitam yang selalu menghantuinya, seperti ingin menyakiti dirinya dan membuat ia sering mengalami mimpi buruk. Walaupun hanya bayangan, namun semua itu terasa sangat nyata untuknya. Gangguan yang dialami oleh Hana memuncak saat ia duduk di bangku SMP. Bayangan hitam yang menghantuinya semakin sering muncul sehingga membuat ia merasa sangat takut dan sering berteriak histeris. Bahkan, ia pernah mencoba mengakhiri hidupnya dan meminta ibunya untuk membunuhnya karena sudah tak tahan lagi menghadapi gangguan-gangguan yang ia alami.
Sering berteriak dan menangis histeris serta mengunci diri di dalam kamar saat ketakutan membuat orangtua hana berpikir bahwa ia kesurupan sehingga orangtuanya membawanya untuk dirukiyah. Namun, rukiyah itu tak membuatnya merasa lebih baik karena bayangan dan suara itu tetap menghantuinya.
Perilakunya yang tak wajar dan dianggap seperti orang gila membuat hubungan hana dan orangtuanya retak. Hana sering pergi dari rumah dan menggelandang sampai hampir 2 minggu lamanya. Pergi dari rumah, tak ada tujuan dan tak mengantongi uang sepeserpun. Menumpang tidur di masjid sampai waktu subuh datang dan seseorang membangunkannya karena masjid itu akan digunakan untuk salat berjamaah. Lalu, ia pindah ke pos satpam untuk melanjutkan tidurnya. Rasa lapar yang menyerang mengharuskan hana mencari uang dengan mengamen karena saat itu ia tak memegang uang sepeserpun.
Kini, Hana memilih untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen di daerah kalibata. Hobinya melukis digunakan untuk menuangkan gambar-gambar fantasi yang ada di pikirannya ke atas sebuah kertas atau kanvas. Saat SMA, Hana bertemu dan berkenalan dengan teman-teman yang pintar mendesain yang kemudian mengajarkannya untuk mengoperasikan software desain di komputer. Dari situ Hana mulai menuangkan fantasinya menjadi sebuah desain yang layak dijual. Hana mencetak beberapa desainnya pada mug, kaos, dan kartu pos. Ia juga membuat booklet dari desain-desain yang ia buat. Bahkan, desain yang Hana buat pernah dibeli oleh perusahaan korek api untuk digunakan sebagai cover produknya.
Saat ini Hana semakin aktif berkarya. Ia merasa menemukan ketenangannya saat menggambar. Menggambar bagaikan terapi untuknya. Karya-karya yang ia buat terasa semakin jujur dan Hana mulai terbuka dengan keadaan jiwanya. Saat ini Hana sedang menulis sebuah buku psycho-memoar tentang perjuangannya menghadapi penyakit yang ia derita.
Keadaan Hana saat ini sudah lebih baik. ia sudah bisa mengenali tanda-tanda jika akan relaps. Hubungan dengan orangtuanya pun sudah lebih baik. Untuk saling menguatkan sesama penderita skizofrenia, Hana menjadi anggota KPSI (Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia) dan PJS (Perhimpunan Jiwa Sehat) yang rajin mensosialisasikan penyakit kejiawaan ini ke masyarakat luas agar tidak lagi terjadi diskriminasi kepada para penderitanya.
”Ya, aku memang sakit jiwa, tapi tidak berarti aku gila!”, ujar Hana. Gadis ini berharap untuk kedepannya agar semua orang bisa lebih menghargai sesama. Jangan pernah menganggap remeh kondisi orang lain yang dianggap tidak normal karena tidak mudah untuk melaluinya. Ia juga berharap untuk pengidap skizofrenia agar tidak terlalu berharap pada orang lain untuk mengerti keadaan kita karena mereka tidak merasakan apa yang kita rasakan. Tetapi justru kita harus berdamai dengan diri sendiri terlebih dahulu dan menerima kekurangan yang ada pada diri agar pengobatanyang kita jalani terasa maksimal.
Penulis: Sarah Sofiarini
picture source: wikipediaillustrated.org