Apa itu Baby Blues syndrome? Mungkin sampai saat ini sebagian orang masih tabu dengan syndrome ini, Baby blues syndrome merupakan salah satu gangguan pasca kelahiran yang menyebabkan orang tua menjadi benci terhadap anaknya sendiri. Gangguan ini bisa terjadi pada orang tua laki-laki maupun perempuan, terutama bagi mereka yang baru pertama kali melahirkan. Baby blues syndrome jika tidak segera ditangani bisa berakibat fatal dan berbahaya bagi keselamatan sang bayi.
Baby blues syndrome biasanya terjadi antara 3-4 hari setelah proses kelahiran. Namun pada beberapa kasus baby blues bisa terjadi sampai 14 hari atau lebih setelah proses kelahiran. Di Indonesia sendiri kasus baby blues syndrome masih tergolong sedikit. Meskipun demikian baby blues perlu diwaspadai dan tak boleh dianggap remeh. Baby blues syndrome jika tidak segera ditangani bisa berakibat fatal dan berbahaya bagi keselamatan sang bayi. Adanya rasa benci orang tua terhadap bayi yang baru dilahirkan menyebabkan timbulnya keinginan untuk menelantarkan, menyakiti atau bahkan membunuh bayi. Baby blues syndrome terjadi karena adanya kondisi emosional yang tidak stabil setelah proses kelahiran. Adanya rasa cemas, frustasi dan depresi terhadap kelahiran anak menyebabkan munculnya baby blues syndrome ini. Penyebabnya pun bermacam-macam mulai dari ketakutan tidak bisa menjadi orang tua yang baik bagi sang anak, ketidakmampuan secara ekonomi, kehamilan yang tidak diinginkan dll.
Baby blues syndrome biasanya ditandai dengan rasa cemas, gelisah, mudah menangis, mudah tersinggung, sulit tidur yang pada akhirnya berdampak pada bayi seperti ketakutan terhadap bayi, perasaan benci terhadap bayi, adanya keinginan untuk menelantarkan atau bahkan menyakiti bayi. Untuk itu dibutuhkan pendampingan agar penderita baby blues syndrome bisa menghilangkan rasa benci terhadap bayi yang dilahirkannya.
Selain pendampingan, diperlukan pula terapi yang bisa membantu menghilangkan baby blues syndrome. Terapi yang bisa digunakan untuk
menghilangkan baby blues syndrome adalah Terapi Gelombang Otak Baby Blues. Terapi Gelombang Otak Baby Blues merupakan salah satu terapi yang telah dirancang khusus oleh para ahli untuk mengatasi ketakutan mengasuh anak, menghilangkan kebencian terhadap bayi, menghilangkan rasa tidak mau menyusui dan menggendong anak, mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua.
Ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan untuk mencegah atau setidaknya meminimalisir gangguan emosional ini. Jauhkan diri dari stress. Ini yang jika ada,masalah jangan memendamnya sendiri yang bisa membuat anda stress berkepanjangan. Curhat dengan orang lain akan sangat membantu kita menghadapi hal-hal yang sekiranya dapat menjadi beban pikiran.
Istirahat yang cukup. Proses melahirkan adalah proses yang luar biasa menguras fisik. Tak jarang ibu melahirkan pun kian lelah karena harus merawat bayi, atau berbagai hal lainnya yang menyita waktu istirahat si ibu. Kelelahan seperti ini pun bisa memicu gangguan emosi, untuk itu ada baiknya usai melahirkan seorang ibu harus meluangkan waktu yang cukup untuk beristirahat. Anggota keluarga yang lain pun semestinya harus memahami kondisi si ibu dengan memberikan bantuan.
Siapkan segala sesuatunya sejak dini. Sedia payung sebelum hujan! Siapkan diri untuk menghadapi proses kehamilan, kelahiran dan membesarkan buah hati sejak dini, baik moril maupun materil. Pahami berbagai proses yang akan kita alami saat menjalani proses kehamilan hingga melahirkan sehingga tidak muncul kecemasan-kecemasan atau “derita” yang belum tentu terjadi. Mencari tahu dari awal berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk proses melahirkan. Ada baiknya anggaran melahirkan dibuat lebih besar dari yang dibutuhkan sebagai persiapan, dan sebisa mungkin jangan gunakan untuk hal lainnya.
Hal lain yang juga butuh untuk dipersiapkan sejak awal, menyiapkan psikis si kakak (jika bukan kehamilan pertama) agar tidak muncul rasa iri dengan hadirnya si kecil. Rasa iri si kakak dengan berusaha mencari perhatian sang ibu bisa merepotkan si ibu sendiri. Penting pula bagi sang ibu untuk selalu positive thinking.
Penulis : Yesica Ramadhani