“Tak kenal maka tak sayang”. Pepatah itu memang benar namun tidak berlaku pada vespa. Siapa yang tak kenal dengan kendaraan unik roda dua asal Italia? Komunitas vespa ada di lebih dari 200 negara dan Indonesia memiliki komunitas vespa terbesar kedua setelah Italia.
Vespa masuk ke Indonesia pada tahun 1960 melalui ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) PT Danmotors Vespa Indonesia/DVI di Pulo Gadung Jakarta yang sekarang sudah tidak aktif lagi (sekarang dipegang oleh PT Sentra Kreasi Niaga/SKN sebagai dealer utama saja bukan importir atau distributor eksklusif). Vespa saat itu mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, terbukti dengan harga vespa saat itu setara dengan harga sebuah rumah tipe standar. Seiring dengan kedatangan Honda ke pasar dunia yang turut menggoyahkan berbagai merk motor, Indonesia ternyata tidak luput dari fenomena tersebut. Vespa menjadi salah satu merk sepeda motor yang “tergusur” oleh motor Jepang, meski pada awalnya harga vespa Sprint saat itu bahkan sedikit lebih mahal daripada motor Honda CB 200 Twin Cakram yang saat itu merupakan motor Honda paling mahal.
Di Indonesia banyak sekali terdapat komunitas vespa dan mereka tersebar dari Sabang sampai dengan Merauke. Walaupun umur, pekerjaan, dan jenis vespa yang dikendarai berbeda-beda, namun komunitas vespa ini selalu menjunjung rasa solidaritas sesama penggunanya. Dengan slogan “Satu Vespa Sejuta Saudara”, pengendara motor vespa ini terlihat kompak ketika bertemu di jalan. Walaupun mereka tidak saling mengenal, namun ketika melihat ada sesama pengendara vespa yang mogok di jalan maka si pengendara vespa yang lain akan berhenti untuk menawarkan bantuan. Tak hanya itu saja, di jalan pun ketika berpapasan mereka akan saling menegur sapa dengan membunyikan klakson atau sekedar melempar senyuman.
Kebersamaan dan interaksi yang baik diantara vespa membuat terjalinnya hubungan baik diantara satu sama lain. Tanpa harus diminta bahkan dipaksa komunitas vespa maupun pencinta vespa telah terbiasa dengan solidaritas. Rasa solidaritas tersebut telah muncul dari setiap individu masing-masing, walaupun tidak semua terikat kedalam satu komunitas yang sama.
Bobby (19) seorang scooterist menjelaskan “karena vespa jenisnya sama dari bentuk dan segala macam, mungkin solidaritas dalam vespa sendiri sudah ada sejak vespa pertama kali muncul di Indonesia. Dan kalo anda melihat ada vespa mogok di pinggir jalan dan ada scooterist datang dan nge bantuin itu ngga heran karena itu udah menjadi budaya dari dulu”
Bobby mempunyai kesan tersendiri saat naik vespa “ada di suatu waktu saya pernah nge bantu vespa mogok di daerah senayan dan jujur aja saya sendiri masih belom mengerti masalah mesin tetapi saya samperin siapa tau bisa ngebantu. Kebetuan saat itu saya abis touring dan alat-alat yang dibutuhkan itu ada. Syukur vespanya bisa jalan lagi dan itu adalah pengalaman yang berkesan buat saya”. Saat ini bobby menggunakan vespa LS 150 (vespa matic) dan berharap jika dia sudah punya penghasilan sendiri, ia ingin mempunyai satu vespa classic.
Jika anda pernah melihat satu vespa mendorong vespa lain dengan kaki itu disebut dengan stut. Istilah “stut” adalah dimana jika vespa dalam keadaan tidak bisa di nyalakan di dorong dari belakang menggunakan kaki sebagai pendorong. Biasanya vespa di “stut” jika bensinya habis, platina tidak menghasilkan api, tali gas nyangkut dan lain lain. Jika anda sedang menolong vespa dan tidak mengerti cara membetulkan nya, solusinya cukup di “stut” hingga bengkel terdekat.
Semua bentuk solidaritas komunitas vespa maupun non-komunitas tersebut di latar belakangi beberapa faktor yaitu rasa senang dan cinta pengguna vespa terhadap vespa itu sendiri. Perasaan senang dan cinta pengguna vespa terhadap vespanya dapat terlihat pada cara mereka merawat vespanya. Ataupun dengan adanya slogan – slogan dan motto dari pengguna vespa yang memotivasi rasa persaudaraan di antara mereka.
Ada beberapa Slogan yang sudah mendarah daging di setiap Scooterist (sebutan untuk pengguna vespa) yaitu: “Semua Vespa itu Bersaudara”.
Maksudnya adalah semua pengguna vespa dimana pun berada adalah saudara, entah berasal dari keluarga kaya atau miskin, berasal dari daerah mana pun dari sabang sampai merauke, tanpa memandang perbedaan usia, jenis kelamin, warna kulit, penampilan, pendidikan, bahasa, ras, suku, dan sebagainya, asalkan memiliki vespa maka dianggap sebagai saudara. Dengan dianggap sebagai saudara, sehingga jika saudara mengalami kesulitan, maka yang lainya akan membantu. Dengan berlandaskan itulah semua pengguna vespa merasa aman menggunakan vespanya yang sudah tua kemana pun pergi. Berikut bukti adanya rasa solidaritas dalam komunitas vespa, surat tersebut menunjukan tingginya rasa solidaritas.
“nanem”
Maksudnya mereka percaya bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan sekarang akan dibalas dikemudian hari. Oleh karena itu, dimana pun mereka berada, mereka selalu menerapkan prinsip tersebut. Mereka juga percaya bahwa jika mereka menolong orang lain, maka suatu saat nanti mereka pasti akan ditolong juga ketika mendapatkan kesulitan.
Dan yang terakhir adalah “Satu jalan satu tujuan satu kata bersatu tanpa ada perbedaan”.
Semua pengguna vespa di manapun berada adalah sama, sehingga diantara sesama pengguna vespa baik dari aliran Gembel, Classic, Mods, dan lain sebagainya akan diperlakukan sama tanpa ada diskriminasi. Hal tersebut terlihat ketika suatu komunitas mengadakan hajatan, semua pengguna vespa di seluruh Indonesia diundang tanpa ada kecuali. Pada saat berangkat ke tempat hajatanpun mereka bersama-sama, tidak memilih-milih teman. Dalam perjalanan, mereka tidak segan untuk berbagi makanan, minuman, oli, dan keperluan lain yang bisa digunakan bersama. Saat mereka melakukan perjalanan (touring), mereka memiliki satu jalan, satu tujuan, satu kata, dan mereka pun bersatu tanpa ada perbedaan dan diskriminasi di dalamnya.
Meskipun sudah berumur puluhan tahun, namun vespa tetap dijaga dan dirawat. Banyak diantara mereka yang memodifikasi vespa mereka menjadi lebih bagus dan indah. Ada pula yang memodifikasi vespa mereka menjadi vespa gembel.
Komunitas penggemar vespa gembel atau istilah keren nya Rat scooter. Kalau kebanyakan orang suka pamer kemewahan, mereka justru pamer kegembelan. Komunitas ini mudah dikenali. Mereka umumnya mengendarai vespa rombeng tahun 1980-an atau 1995-an yang dimodifikasi sesuka hati hingga bentuknya aneh-aneh. Ada yang mengganti setang vespanya dengan setang tinggi menjulang. Mereka menyebut model ini sebagai vespa setang monyet karena pengendaranya akan terlihat seperti monyet yang sedang menggelayut di batang pohon.Ada yang menambahi gerobak di samping vespanya. Ada pula yang menceperkan dan memanjangkan badan vespa hingga bermeter-meter. Yang begini mereka sebut vespa long.
Solidaritas sosial adalah suatu tindakan yang membangkitkan semangat hidup bukan hanya sekedar perasaan kasihan namun tidak ada tindakan nyata. Diasumsikan bahwa solidaritas sosial komunitas vespa gembel mempunyai tingkat solidaritas sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan komunitas vespa lainnya. Hal ini dikarenakan pada komunitas vespa gembel, sebagian besar anggotanya memang benar-benar dari kalangan orang tidak mampu, dari kalangan ekonomi yang terjepit. Sesama anggota merasakan bahwa kehidupan mereka sama-sama susah sehingga muncul perasaan senasib sepenanggungan.
Di dunia nyata, kelas ini sering kali dipandang sebelah mata. Mereka kerap diabaikan dan dipinggirkan. Nah, lewat vespa gembel mereka menciptakan ruang ekspresi sendiri dan merebut perhatian orang lain. Lewat kegembelannya, mereka menyelipkan semacam demokrasi di jalanan. Bagi mereka, jalanan yang sering digunakan orang-orang kaya untuk memamerkan mobil dan motor mewah, juga harus bisa menjadi ruang bagi rakyat jelata berkantong kecil. Kebanyakan penggemar vespa gembel memang berasal dari kelompok menengah ke bawah. Mereka umumnya pengangguran, mahasiswa, atau buruh serabutan. Namun ada pula yang berprofesi sebagai seniman, guru, atau pemilik bengkel.
Mengembara adalah bagian hidup dari komunitas vespa gembel. Meski uang pas-pasan, anggota komunitas ini bisa melakukan perjalanan selama berbulan-bulan. Untuk hidup, mereka mengandalkan solidaritas. Barangkali tidak ada yang bisa mengalahkan solidaritas sosial komunitas vespa gembel.
Yang patut diacungi jempol adalah prinsip pelaku komunitas ini. Tidak mudah untuk mengambil keputusan hidup di suatu budaya minoritas yang sarat dengan unsur kesederhanaan ditengah terpaan budaya popular yang mengikuti trend. Bagi mereka kepuasan batin adalah tujuan utama. Dengan menggembelkan diri, kebebebasan untuk mengekspresikan jiwa menjadi lebih terbuka.
Berbeda dengan vespa aliran gembel, vespa aliran mods memiliki perbedaan 180 derajat.
Ketika vespa dan fashion digabungkan maka akan muncul keanehan, unik dan mencuri perhatian bagi yang melihatnya. Bayangkan saja, vespa kendaraan yang di kategorikan jadul (jaman dahulu) di kendarai oleh seorang yang berdandan modis, rapih dan trendy seperti seseorang yang ingin pergi ke pesta. Itulah tadi salah satu ciri Mods, seorang yang fashionable berkendara vespa. Tapi tidak seluruhnya juga orang-orang yang berpakaian rapih dan berkendara vespa itu adalah penyuka Mods. Bisa jadi mereka memang senang vespa dan suka berpakaian rapih.
Banyak hal yang harus di jabarkan mengenai Mods itu sendiri. Dan dari berbagai komunitas penyuka Mods terkadang tidak secara keseluruhan meng-copy kebiasaan-kebiasaan para Mods di Inggris. Ada komunitas yang kerap di sebut “garis keras” yang harus total seperti Mods Inggris, baik kultur juga fashion. Ada juga komunitas Mods yang lebih cendrung kepada fashion dan penampilan vespa. Banyak ragam mengenai komunitas Mods itu sendiri, meski berkiblat kepada Mods British tapi menyimpan ragam perbedaan. Banyak hal yang menyebabkan perbedaan tersebut, baik dari idiologi, kultur kebudayaan, serta kesanggupan ekonomi.
Secara keseluruhan Mods itu punya satu ciri khas yang pasti. Yaitu: gaya dalam berpakaian. Gaya yang dimaksudkan di sini bukan harus up to date, tapi memiliki kesan rapih secara umum. Saat vespa itu dianggap kendaraan masa lalu, kemudian di kendarai dengan seorang yang berdandan masa kini ada keunikan tersendiri, malah kadang mengundang decak kagum bagi yang melihatnya. kurang lebih Mods itu memodernkan vespa lewat dandanan pengendaranya yang stylish dan up to date.
Mods memiliki logo tersendiri yang menjadi identitas para Mods. Logo yang sangat sederhana dan pasti sering kita lihat di jalanan atau pernak-pernik vespa.
Kebersamaan Antara komunitas vespa satu sama lain yang tercipta karena kecintaan terhadap motor scooter vespa. Sekelompok orang-orang hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama. Artinya, ada ikatan sosial yang kuat di antara mereka, pada satu tertentu. Solidaritas adalah mempunyai atau memperlihatkan perasaan bersatu, senasib, sehina, semalu dan sebagainya Solidaritas juga bisa diartikan sebagai tingkat kekompakan dan rasa memiliki, serta pandangan positif para anggota kelompok terhadap kelompok mereka sendiri.
Demam vespa di tanah air sangat di pengaruhi oleh vespa Congo. Vespa diberikan sebagai penghargaan oleh pemerintah Indonesia terhadap pasukan penjaga perdamaian Indonesia yang bertugas di Congo saat itu. Setelah banyak vespa Congo berkeliaran di jalanan, mulailah vespa menjadi salah satu pilihan kendaraan roda dua di Indonesia. Importir lokal turut mendukung perkembangan vespa di tanah air.
Kecintaan mereka terhadap vespa juga ditunjukan dengan menggunakan vespa kemana pun ia pergi walaupun sering bermasalah di jalan dan menghabiskan banyak biaya untuk merawatnya, mereka masih saja menggunakan vespa tersebut. Mereka terlihat bangga memiliki vespa sehingga muncul pepatah unik “jangan ngaku kaya kalau belum punya vespa”. Disisi lain, faktor yang melatar belakangi rasa solidaritas diantara sesama pengguna vespa adalah kesadaran mereka sebagai makhluk sosial, komunitas vespa mengakui keberadaannya sebagai mahkluk yang terlahir hidup dengan bantuan orang lain dan tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. oleh karena itu mereka menjunjung tinggi rasa saling menghormati dan tolong menolong khususnya diantara sesama pengguna vespa. Dalam hal ini, rasa solidaritas antara pengguna vespa semakin terpupuk dengan adanya kesamaan dalam mengendarai vespa. Mereka sama-sama mengetahui bagaimana suka dukanya memiliki vespa sehingga jika melihat pengguna vespa lain yang mengalami kesulitan maka mereka secara spontan akan terpanggil untuk menolongnya.
Ryan (19) pernah memiliki pengalaman yang sangat unik sebelum mengendarai vespa “jadi saat itu saya sama temen saya lagi di fly over daerah gudang peluru. Tiba-tiba vespa temen saya di senggol sama motor Ninja dan itu jatohnya sangat parah sehingga dalam kondisi ngga bisa dinyalakan. Kebetulan pada saat itu ada anak Harley Davidson lewat dan nanya vespa temen saya kenapa bisa begitu. Setelah tau, temen saya di bonceng untuk nyari bengkel terdekat dan syukurnya kita dapet bengkel di tebet. Disitu saya ngga nyangka aja kalau vespa ngga cuma dibantu sesama saja tapi sama kendaraan jenis lain juga”
Gaya hidup komunitas vespa lebih berorientasi pada kebebasan. Ekspresi gaya hidup komunitas vespa ditampilkan melalui penampilan para scooterist, seperti cara berbusana, gaya rambut, gaya berbicara, dan kebiasaan yang tampak dari para scooterist serta model vespa yang mereka naiki. Solidaritas dalam komunitas vespa masuk dalam solidaritas sosial mekanik, dimana didasarkan atas persamaan, kepercayaan dan kesetiakawanan. Hal ini sejalan dengan prinsip yang dijalankan oleh komunitas vespa, dimana tidak ada kelompok-kelompok di dalamnya. Artinya dalam komunitas vespa semua sama tidak ada yang di istimewakan. Rasa solidaritas terhadap sesama scooterist diwujudkan dalam kesetiakawanan yang erat dalam komunitas vespa. Kesetiakawanan ini kemudian diwujudkan para scooterist dengan perilaku yang selalu peduli terhadap sesama scooterist.
Bukankah banyak saudara lebih baik daripada banyak musuh? Ingat, beretika di jalan dengan tidak ugal-ugalan bukan saja baik untuk keselamatan diri sendiri, tetapi baik pula untuk keselamatan sesama pengguna jalan raya. Pengguna jalan itu bukan saja para pengendara kendaraan beroda, tapi di sana ada juga para pejalan kaki yang semakin tersisihkan karena trotoar tempat mereka banyak salah fungsi.
Artikel oleh Erlangga Widjaya
gasssss.foolllll
satu vespa sejuta saudara