Kunang – kunang dan Kisah Cintaku

Masih ingat masa kecilku, Saat usiaku enam tahun, waktu itu sore hari dan senja mulai menghampiri. Aku dan teman-teman masa kecilku tak perduli gelap mulai datang. Kami masih asik saja bermain di halaman rumahku. Halaman yang asri dengan hijaunya karpet rumput jepang yang menghampar luas. Bik Inah sungguh pandai sekali merawatnya setiap hari. Bunga soka yang berkembang warna warni, bunga sepatu yang melengkung lentik dari benangsari sampai menjulang putiknya seolah menunggu si kumbang datang, bunga mawar kesayangan mamaku yang semerbak wanginya, bunga lily yang putih menawan dan bunga matahari yang sedang menunduk karena kehilangan sinar yang dicarinya. Semua mengajak kami berlama-lama berada di taman halaman rumahku. Namun bukan itu yang membuat kami bertahan disana, tetapi cahaya –cahaya kecil yang datang bertaburan bak bintang yang beterbangan kesana kemari.

“hey, Lihat! Bima, itu ada bintang kecil turun dari langit”

“ohh bukan bintang,Tiara.. itu namanya kunang – kunang”

“Ha? Kunang – kunang?”

“Iya.. itu kumbang yang bisa bercahaya di malam hari”

“Yuk..yuk.. kita kejar sama-sama”

“Yukkk.yukk yuk..”

Lalu kami berlari ramai-ramai mengejar kumbang bercahaya itu.. mengikuti langkahnya.. terbang kesana-kemari.. sungguh masa kecil yang tak terlupakan.

“Mutiara. Yuk masuk rumah. Ini sudah maghrib, sayang. Nanti Bima, Mika dan Reyhan dicari sama mamanya mereka lho..” Teriak mamaku dari teras depan rumahku.

Sebenarnya petang itu, aku dan teman-teman masih sangat penasaran mengapa kunang-kunang terbang dan bercahaya kelap kelip di gelapnya malam. Mereka berkedip – kedip seperti bintang di langit malam. Apakah mereka meminjam cahaya sang bintang? Atau mereka meminta sepercik api dari dapur mamaku? Atau mereka mencharge di colokan listrik rumah orang di siang hari, lalu keluar di malam hari untuk berpesta bersama kunang-kunang yang lain di gelapnya malam? Pertanyaan itu selalu menggelayutiku sebelum aku tertidur di malam hari.

Keesokan harinya aku, Bima, Mika, dan Reyhan kembali bermain di halaman rumahku dari sore hari, hingga datangnya senja dan berubah menjadi gelapnya malam. Its time to playing with firefly! Horeee!!!

“Kamu bawa apa, Bima?”

“Aku Bawa toples kaca, untuk menangkap kunang-kunang”

“Woa.. ide yang bagus, Bima”

“Yukk.. kejar kunang kunangnya sekarang”

“Ayuk, ayuk, ayuk…”

Kami pun tertawa dan berlari-lari kesana kemari menangkap kunang kunang dengan peralatan yang dibawa oleh Bima, lengkap dengan alat penangkap kupu-kupunya.

Begitupun hari-hari berkitnya, kami sering bermain bersama-sama. Terkadang, Mika dan Reyhan pernah beberapa kali tidak ikut serta bersama kami, namun aku dan Bima tetap melanjutkan misi menyelidiki mengapa kunang-kunang selalu datang di malam hari dan berbinar-binar sinarnya.

Satu hari ketika Bima hendak pulang ke rumah, Bima menitipkan toples kaca itu yang berisi kunang-kunang yang bersinar di kegelapan malam.

“Tiara, ini biar titip di rumah kamu saja ya,..Besok kalau ada waktu lagi aku dan teman-teman kesini lagi nangkap kunang-kunangnya yang banyak“

Sungguh kumbang yang lucu dan menarik. Tapi entah mengapa sebagian orang ada yang bilang kunang-kunang adalah bunganya orang mati. Yang jelas, aku suka kerlap kerlipnya. Seperti mengisyaratkan dia begitu menarik dan unik.

Lima belas tahun berlalu. Usiaku sudah dua puluh tahun. Kini aku sudah mengerti smua jawab tentang mengapa kunang-kunang bersinar di malam hari. Tapi bukan itu yang terngiang di pikiranku saat ini. Toples kaca ini masih ada di dalam meja belajarku. Membuatku tiba-tiba teringat pada masa kecil, kunang-kunang dan Bima. Yeah,.. Bima yang lebih dewasa dan selalu baik hati padaku di masa kecil dulu. Bima yang tiga tahun lebih tua dariku, dia seperti kakak bagiku, mungkin karena aku anak tunggal. Jadi merasa nyaman saat bermain bersamanya. Sayangnya, sejak lulus SD Bima hijrah ke Australia, mengikuti tugas orangtuanya yang berdinas di departemen Luar negeri. Entah sekarang ia masih berasda di Australia atau di belahan benua yang lain. Toples kaca ini dan kenangan tentang kunang-kunang masih saja tersimpan rapi di  dalam hati.  Ah… mungkin Bima sudah tidak perduli dan lupa tentang masa kecil kami.

Sore ini, aku ingin menanti datangnya senja, melupakan tugas akhir kuliahku, aku ingin kembali menelusuri masa kecil, bermain sejenak di halaman belakang, berbaring di hijaunya karpet alami dan menyapa bunga-bunga kesayangan mama. Namun saat ini ku sendiri, tanpa teman-teman kecilku. Aku bak bunga yang merindukan sapa sang kumbang. Toples kaca Bima tak lupa kubawa serta ke taman belakang, untuk menangkap bebarapa kunang-kunang. Rasanya bahagia. Melepaskan penat kebosanan beban kuliahku. Kunang-kunang, kamu lucu sekali kerlap kerlip cahayamu, aku ingin menjadi sepertimu yang selalu bersinar di gelapnya malam, seperti bintang di langit.

Malam beranjak semakin gelap, kini tak perlu mama memanggilku untuk masuk ke dalam rumah, aku pun sudah mengerti. Karena akan banyak nyamuk yang datang menggigitku, di gelapnya taman.

Sepulang kuliah bik Inah nyamperin, “Mba Tiara, itu di atas meja ada surat buat mba Tiara”

Pikirku, hah, dari Jepang? Jauh amat.. salah kirim kali tuh orang?! atau orang iseng..?? Ku ambil dari meja depan ruang keluarga dan kulihat perangkonya. Perangkonya lucu sekali, bunga sakura.

Dear Mutiara,

Apakabar teman kecilku, Tiara..

Tahun –tahun berlalu, apakah suratku ini benar-benar sampai dirumahmu? Dan engkau baca? Mungkin kamu sudah lupa, siapa aku. Aku adalah teman masa kecilmu, bersama kunang-kunang dan toples kaca yang aku titipkan padamu. Dan satu hari, kamu harus lihat bunga-bunga sakura di negeri ini. Pasti disini banyak kunang-kunang yang lebih eksotis sinarnya.

Dari negeri matahari terbit

Bima

Ya Tuhan,

Bima, datang lagi di kehidupanku. Mungkin ini jawaban dari doa. Menemukan lagi teman kecil kesayanganku. Dari email dan beberapa teknologi yang ada saat ini, kami intens berhubungan kembali. Teman kecil yang bertemu kembali sebagai dua insan dewasa. Kami pun merencanakan satu cita-cita bersama.

Ini kisahku. Kunang – kunang, toples kaca dan cinta. Semoga kilaunya akan abadi seperti bintang dan kunang – kunang yang bercahaya di gelapnya malam

One thought on “Kunang – kunang dan Kisah Cintaku

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Security Code * Time limit is exhausted. Please reload the CAPTCHA.